Jateng.WAHANANEWS.CO - Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran merespons positif kehadiran dan promosi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) Industropolis Batang dalam ajang Indonesia SEZ Business Forum 2025.
MARTABAT menilai pendekatan berbasis ekosistem yang ditawarkan KEK Batang menunjukkan keseriusan Indonesia dalam membangun kawasan investasi yang tidak hanya kompetitif, tetapi juga berkelanjutan dan berorientasi jangka panjang.
Baca Juga:
MARTABAT Prabowo-Gibran Nilai Langkah PPU-Kanada di Kawasan Otorita IKN Jadi Model Diplomasi Ekonomi Daerah Visioner
Ketua Umum Organisasi Relawan Nasional MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, mengatakan KEK Batang merepresentasikan arah baru pembangunan ekonomi nasional yang lebih terintegrasi.
Menurutnya, konsep kawasan siap pakai dengan dukungan infrastruktur, kepastian lahan, serta keterhubungan sektor industri, logistik, dan pariwisata merupakan bahasa yang dipahami investor global.
“Ini bukan menjual rencana atau visualisasi saja, tapi menjual kepastian. Investor datang karena melihat ekosistem yang nyata dan berjalan,” ujar Tohom.
Baca Juga:
Didukung Infrastruktur Strategis dan 7 Daerah, MARTABAT Prabowo–Gibran Nilai Helmy Yahya Sosok Tepat Majukan Metropolitan Rebana
Tohom menilai keberanian KEK Batang memadukan industri pengolahan, logistik-transportasi, serta pariwisata dan properti dalam satu kawasan adalah terobosan strategis.
Model ini, kata dia, menjawab kebutuhan industri modern yang tidak hanya mencari efisiensi produksi, tetapi juga kualitas hidup tenaga kerja dan kesinambungan kawasan.
“Ekosistem seperti ini yang membuat investasi bertahan lama, bukan investasi yang datang lalu pergi,” katanya.
Ia juga menyoroti capaian KEK Batang yang telah menarik investasi lebih dari Rp22 triliun dan menciptakan sekitar 10 ribu lapangan kerja dalam tiga tahun terakhir.
Bagi Tohom, angka tersebut mencerminkan efektivitas desain kawasan dan tata kelola yang profesional.
“Pertumbuhan ekonomi Batang yang melampaui rata-rata nasional menunjukkan bahwa kawasan industri berbasis ekosistem mampu mendorong akselerasi ekonomi daerah sekaligus nasional,” ujarnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menambahkan bahwa KEK Batang idealnya diposisikan sebagai simpul penting dalam jaringan aglomerasi ekonomi Jawa bagian utara.
Menurutnya, konektivitas antara KEK Batang dengan pelabuhan, jalan tol, kawasan industri lain, serta pusat-pusat permukiman harus terus diperkuat agar tercipta efisiensi logistik dan daya saing kawasan.
“Aglomerasi adalah kunci. Jika kawasan-kawasan ini saling terhubung, Indonesia akan memiliki klaster ekonomi yang kuat di mata investor global,” jelasnya.
Tohom menegaskan MARTABAT Prabowo–Gibran melihat KEK Batang sebagai contoh konkret bagaimana visi pembangunan ekonomi nasional dapat diterjemahkan ke level kawasan.
Ia berharap model serupa direplikasi di wilayah lain dengan tetap menjaga prinsip inklusivitas, keberlanjutan, dan kepastian usaha.
“Inilah fondasi Indonesia untuk menjadi magnet investasi global, bukan hanya karena insentif, tetapi karena kualitas ekosistemnya,” tutup Tohom.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]