WahanaNews - Jateng | Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng) berkomitmen untuk menerapkan circular economy melalui Kebijakan Implementasi Ekonomi Hijau.
Wakil Gubernur (Wagub) Jateng, Taj Yasin Maimoen menjelaskan, sistem circular economy sangat diperlukan untuk mengurangi pemborosan sumber daya alam, meminimalkan dampak lingkungan, serta menciptakan nilai ekonomi yang berkelanjutan.
Baca Juga:
Korupsi Proyek Perkeretaapian, Anggota Pokja di Purwokerto Terima Sejumlah Uang
Wagub berpandangan, penerapan circular economy di Jawa Tengah memiliki potensi untuk menciptakan pertumbuhan ekonomi yang inklusif, berkelanjutan, dan ramah lingkungan. Dengan kondisi itu, akan berpengaruh pula pada peningkatan kesejahteraan masyarakat.
“Kita semua harus full power dan yakin, bahwa akselerasi ekonomi Jawa Tengah harus bisa dilakukan, meskipun dalam himpitan risiko resesi ekonomi, salah satunya dengan memaksimalkan efek circular economy tadi,” ujar Wagub yang akrab disapa Gus Yasin, dikutip Rabu (29/3/2023).
Hal itu Gus Yasin sampaikan saat menjadi keynote speaker Road to Forum Pusaka Jateng 2023 bertema “Optimisme di Tengah Tantangan Risiko Global dan Peluang Circular Economy” secara daring, Selasa (28/3/2023) kemarin.
Baca Juga:
Survei Indikator Politik Unggulkan Elektabilitas Luthfi-Yasin di Pilgub Jawa Tengah
Gus Yasin menjelaskan, untuk mendukung penerapan circular economy, Jateng telah menyusun dokumen Pembangunan Rendah Karbon (PRKD) Jateng Tahun 2021-2030. Saat ini, dokumen tersebut pun masih dalam proses review oleh Bappenas.
Tak hanya itu, Jateng juga melaksanakan berbagai kegiatan pada dinas teknis yang berorientasi pada mitigasi dan adaptasi perubahan iklim, serta transisi menuju ekonomi hijau.
Selain itu, lanjut wagub, jajarannya telah menyusun dokumen Rencana Pembangunan Daerah 2024–2026 dengan mengintegrasikan ekonomi hijau, dalam isu pembangunan ekonomi tangguh yang berdaya saing dan berkelanjutan, serta ketahanan sumber daya alam dan lingkungan.
Isu strategis dalam dokumen ini adalah pembangunan rendah karbon (mitigasi perubahan iklim), pembangunan berketahanan iklim (adaptasi perubahan iklim), dan kebijakan tata ruang.
“Penerapan circular economy di Jawa Tengah memiliki potensi yang besar, untuk mendukung pembangunan ekonomi yang berkelanjutan, dan ramah lingkungan,” katanya.
Wagub menuturkan, terdapat banyak potensi penerapan circular economy di Jawa Tengah. Ia mencontohkan di bidang pertanian dan perkebunan.
Sebagai salah satu pusat pertanian di Indonesia, Jawa tengah memiliki potensi untuk mengembangkan praktik pertanian regeneratif dan perkebunan yang ramah lingkungan.
Praktiknya pun dapat dilakukan melalui penggunaan pupuk organik, pengurangan penggunaan pestisida kimia, dan pengelolaan limbah pertanian.
Di sektor energi baru terbarukan, imbuhnya, Jawa Tengah memiliki banyak sumber energi terbarukan, seperti panas bumi, hidro, dan bioenergi. Pemanfaatan sumber energi ini akan mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan mendukung transisi ke energi yang lebih ramah lingkungan.
Wagub juga mencontohkan potensi penerapan circular economy di sektor ekonomi kreatif dan pariwisata. Pengembangan industri kreatif yang berbasis pada kearifan lokal dan sumber daya alam, dapat menciptakan lapangan pekerjaan baru dan meningkatkan daya saing ekonomi Jawa Tengah.
“Pariwisata berkelanjutan juga dapat diintegrasikan ke dalam konsep circular economy, seperti pengembangan desa wisata yang mengedepankan prinsip berkelanjutan dan pelestarian lingkungan,” pungkasnya.[mga]