WahanaNews - Jateng | Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, perekonomian Jawa Tengah (Jateng) yang semakin membaik berperngaruh terhadap penurunan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
Pada Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Februari 2023 TPT turun jadi 5,24 persen, sebanyak 395 ribu orang terserap di dunia kerja, sementara pengangguran berkurang 59 ribu orang.
Baca Juga:
Terduga Teroris di Tiga Lokasi Ditangkap Densus di Jateng
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Dinas Ketenagakerjaan dan Transmigrasi (Disnakertrans) Jateng, Ahmad Aziz menilai positif akan hal tersebut. Ia menyebut, survei itu selaras dengan kondisi riil di lapangan.
Dijelaskannya, tiga tahun terakhir, jumlah pencari kerja dan mereka yang diterima bekerja semakin meningkat. Pada 2020 saat pandemi covid-19 melanda jumlah pencari kerja mencapai 220.763 orang dan hanya 81.835 atau 37,07 persen yang diterima kerja.
Pada 2021, jumlah mereka yang diterima kerja meningkat jadi 50,63 persen atau 136.611 orang dari 269.810 pencari kerja. Sementara pada 2022, dari 322.041 pencari kerja, 70,52 persen atau 227.088 orang mendapatkan pekerjaan.
Baca Juga:
Kemensos Lakukan Pendampingan Menyeluruh Kasus Rudapaksa di Demak Jateng
“TPT turun berarti positif, artinya tingkat penganggurannya semakin mengecil. Apalagi diiringi serapan tenaga kerja yang meningkat,” ujar Aziz dikutip dari laman resmi Pemprov Jateng, Jumat (12/5/2023).
Dia membeberkan, jumlah TPT di Jateng semakin menurun dari tahun ke tahun. Tercatat pada 2020 TPT sebesar 6,48 persen, pada 2021 sebesar 5,96 persen, dan 2022 sebesar 5,57 persen. Pada Februari 2023, dengan TPT 5,24 persen, jumlah penganggur sebanyak 1,10 juta orang, menurun 59 ribu orang.
Sementara, sebanyak 19,96 juta orang bekerja, atau mengalami kenaikan 395 ribu orang.
Aziz mengatakan, kondisi itu dipengaruhi beberapa hal. Di antaranya ada beberapa perusahaan yang dulunya merumahkan karyawan saat pandemi, kembali mempekerjakan karyawannya. Selain itu, ada beberapa pengembangan dan relokasi perusahaan dari luar provinsi ke Jawa Tengah.
“Ada beberapa kondisi yang memengaruhi, di antaranya infrastruktur, daya saing upah dan ketersediaan tenaga kerja, serta mudahnya perizinan berusaha,” imbuhnya.
Aziz mengungkapkan, selain mereka yang bekerja di sektor formal, banyak di antara warga Jateng yang menjadi pekerja informal.
Oleh karena itu, Disnakertrans Jateng bersama stakeholder lain terus berupaya mengawal mereka yang menjadi wirausahawan. Di antaranya, menyediakan pelatihan hingga peningkatan mutu produk, serta keterampilan wirausahawan.[mga]