WAHANANEWS.CO - MARTABAT Prabowo–Gibran menilai bahwa pengembangan kawasan aglomerasi Solo Raya akan menjadi katalis besar bagi kebangkitan UMKM di wilayah tersebut.
Organisasi relawan nasional ini melihat bahwa percepatan integrasi ekonomi lintas kabupaten/kota -- yang saat ini mulai dipraktikkan melalui berbagai inisiatif kolaboratif -- akan menciptakan pasar yang lebih luas, efisiensi logistik, peningkatan investasi, dan ruang lebih besar bagi UMKM untuk menembus rantai pasok regional.
Baca Juga:
Pemkot Bengkulu Pastikan Pembangunan Belungguk Point Rampung Pada Akhir Tahun 2025 Mendatang
Ketua Umum MARTABAT Prabowo–Gibran, KRT Tohom Purba, menyampaikan bahwa keberhasilan Solo Raya membangun kawasan aglomerasi bukan hanya soal pertumbuhan ekonomi, tetapi menyangkut masa depan UMKM yang menjadi tulang punggung ekonomi nasional.
“Aglomerasi itu bukan sekadar penyatuan wilayah administratif. Ini adalah penyatuan peluang. Ketika tujuh kabupaten/kota bersinergi, UMKM akan mendapatkan pasar yang lebih besar, biaya distribusi lebih efisien, dan produk lokal dapat naik kelas,” ujarnya, Rabu (13/12/2025).
Menurut Tohom, penguatan aglomerasi Solo Raya akan menjadi babak baru dalam upaya menghilangkan sekat antarwilayah yang selama ini menghambat mobilitas usaha.
Baca Juga:
Berpotensi Laris Manis di Pasar Global, Wamendag Dorong Ekspor Produk Hilirisasi Kakao Indonesia
Ia menilai bahwa event seperti Soloraya Great Sale membuktikan bagaimana kolaborasi tujuh daerah dapat memunculkan lonjakan transaksi hingga triliunan rupiah.
“Itu laboratorium aglomerasi yang sangat konkret. Ketika kolaborasi berjalan, potensi UMKM melejit. Yang kita perlukan sekarang adalah keberlanjutan,” jelasnya.
Tohom yang juga Ketua Aglomerasi Watch ini menegaskan bahwa pengembangan aglomerasi Solo Raya harus dipastikan tidak berhenti pada event tahunan.
Ia menekankan perlunya kebijakan terpadu lintas daerah agar UMKM tidak lagi terkendala regulasi berbeda-beda, hambatan pasar, dan keterbatasan etalase produk.
“Bayangkan investor atau pembeli besar masuk ke Solo Raya tapi masih berhadapan dengan tujuh aturan yang berbeda. Itu menurunkan daya tarik kawasan. Padahal UMKM akan maju jika ekosistemnya satu arah, tidak saling tarik menarik,” katanya.
Ia juga menilai kebutuhan UMKM terhadap etalase permanen harus menjadi agenda prioritas pasca-Soloraya Great Sale.
Produk-produk lokal perlu masuk lebih banyak di hotel, bandara, pusat perbelanjaan, dan kawasan pariwisata.
Menurutnya, keberlanjutan showcase adalah kunci agar UMKM tidak hanya “bersinar sebulan”, tetapi tumbuh sepanjang tahun.
“Pelaku UMKM bertanya, setelah Soloraya Great Sale berakhir, mereka harus memamerkan produk di mana? Itu pertanyaan yang sangat strategis. Inilah tugas bersama untuk menciptakan ekosistem yang berkelanjutan,” tegas Tohom.
Ia menambahkan bahwa pemerintah pusat telah memasang target pertumbuhan ekonomi nasional pada 2029 yang tidak akan mungkin dicapai tanpa percepatan investasi.
Aglomerasi Solo Raya, menurutnya, adalah pintu masuk bagi investasi yang lebih besar karena menunjukkan kesiapan wilayah dalam bergerak sebagai satu kesatuan ekonomi.
“UMKM akan terdongkrak jika investasi masuk. Dan investasi hanya masuk jika kawasan terlihat matang. Aglomerasi Solo Raya adalah jawabannya,” pungkasnya.
[Redaktur: Rinrin Khaltarina]