WahanaNews-Jateng | Populasi kucing di Solo Raya kian meningkat dan jadi masalah tersendiri, sehingga membuat maraknya kucing dibuang di sejumlah tempat seperti pasar, kebun kosong, bantaran sungai, pinggir jalan hingga tong sampah.
Founder Rumah Difabel (Rudi) Meong, Ning Hening Yulia mengaku jumlah kucing yang dibuang meningkat signifikan selama pandemi Covid-19. Wanita yang akrab disapa Ning itu mengatakan mayoritas yang dibuang adalah kucing liar atau kucing kampung. Tak sedikit kondisinya saat ditemukan sangat memprihatinkan, seperti terkena scabies, luka terbuka hingga kelaparan.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
“Kendali populasi kucing yang memang menjadi tanggung jawab kita bersama, bukan hanya penangkaran hewan saja. Ini yang akan terus kami sampaikan. Pemberian makan kucing jalanan itu sangat harus kita dorong dirutinkan. Apalagi selama pandemi banyak kucing yang kelaparan,” jelasnya saat dikonfirmasi, Rabu (17 November 2021).
Sementara, Cat Lover, Zea Kania merasa miris dengan maraknya kucing yang dibuang. Menurutnya kucing-kucing tersebut dapat dihibahkan ke orang yang membutuhkan, ataupun ditempatkan ke penangkaran hewan.
“Kalo menurut saya sih cukup miris ya, kita sebagai makhluk hidup sih harusnya bisa saling menghargai. Harusnya gak dibuang sih, kan ada tempat penangkaran. Selain itu bisa dikasihkan ke orang yang pingin kaya gitu juga udah banyak kok,” jelasnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Dari data Rumah Difabel Meong, jumlah kucing yang dibuang setiap tahunnya sejak 2019 hingga 2021 mengalami peningkatan, dari 700 ekor pada 2019 menjadi 1.200 kucing di tahun 2021. Data tersebut dihimpun dari group-group pecinta kucing serta laporan ke Rudi Meong.
Gerakan sterilisasi dan adopsi kucing jalanan sering disosialisasikan, mengingat selama pandemi makin banyak warga yang tertarik pada kucing karena dapat menemani menghabiskan waktu di rumah. [non]