WahanaNews-Borobudur | Borobudur Student Festival (BSF) akan digelar mulai 27 Juni hingga 2 Juli mendatang. Program ini melibatkan guru dan siswa dari 101 sekolah dari 10 provinsi di Indonesia.
Koseptor BSF, Soesilo Adinegoro mengatakan, Borobudur Student Festival bukanlah ajang kompetisi, melainkan merupakan media mengapresiasi karya para siswa serta mempertemukan semua orang yang selama ini dianggap bukan sumber belajar.
Baca Juga:
Terapkan Kurikulum Merdeka, SMABHAK Maumere Jadikan Pertukaran Pelajar Sebagai Inovasi Berkelanjutan
“Subjek utama festival ini adalah siswa. Pidato kebudayaannya juga dari siswa. Karya-karya siswa inilah yang kami tampilkan,” kata Soesilo.
Festival ini, kata Soesilo, digelar di sekitar Candi Borobudur, lantaran ingin menghidupkan Candi Borobudur bukan hanya sebagai tempat pariwisata tetapi sebagai sumber pengetahuan dan kebajikan nilai-nilai hidup.
“Kami tidak hanya fokus pada candinya, tetapi juga kawasannya. Bagaimana menghidupkan kawasan tersebut,” kata Soesilo.
Baca Juga:
Dinas PKO Sikka Gelar Lokakarya 7 Bagi Guru Penggerak Angkatan 9
Sementara, Direktur BSF 2022, Dina Triastuti menyatakan bahwa BSF merupakan pengejawantahan paradigma “Merdeka Belajar” ke dalam konteks keberagaman seni budaya lokal sebagai sumber pengetahuan serta upaya menguatkan pembiasaan pembelajaran mandiri.
“Selama setahun mereka bersama-sama menghidupi proses belajar yang melibatkan cipta, karsa, dan rasa seturut paradigma pendidikan Ki Hajar Dewantara dan N. Driyarkara,” ujar Dina.
Dina menambahkan, Apresiasi Pembelajaran Berbasis Proyek Praktik ini menunjukkan bagaimana Program Presisi digerakkan di lapangan dan kemudian diukur pelaksanaannya.
Dina menjelaskan, terdapat 1.685 ide karya selama Program Presisi, berasal dari 101 sekolah di 10 provinsi di Indonesia.
Karya-karya siswa yang difestivalkan di BSF dalam beberapa sesi. Mulai sesi ekologi, humaniora, sosial budaya, sandang, pangan, dan papan lokal.
Dalam gelaran ini juga akan diluncurkan buku “Perubahan Itu Nyata: Praktik Baik Pendidikan Kontekstual”.
Buku ini tersusun dari 45 naskah tulisan 23 guru dan 22 siswa dari berbagai sekolah di seluruh Indonesia.[zbr]