WahanaNews-Borobudur | Sumadiyono, pawang hujan asal Magelang mengaku bisa mengendalikan cuaca adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
“Saat ritual, saya siapkan jajanan pasar, sesajen, dan dupa,” ujarnya di kediamannya, Kecamatan Borobudur, Kabupaten Magelang, Selasa (22/3/2022).
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Nantinya, kata Sumadiyono, benda-benda itu dibacai doa guna memohon segala kemudahan dalam menjalankan niat mengendalikan cuaca.
“Sebenarnya tidak ada ritual khusus. Saya hanya memanjatkan doa, memohon kepada Yang Maha Kuasa agar diberi kelancaran,” tambahnya.
Dupa dan sesajen, lanjut Sumadiyono, lantas dibawa pulang ke rumah sebagai sarana untuk memastikan bahwa di lokasi tidak turun hujan.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Ia menyebut, permintaan menahan cuaca supaya tidak turun hujan menyesuaikan kebutuhan pemilik acara.
Rata-rata, lamanya sampai tiga hari.
“Kalau acara nikahan dan kegiatan umum, hujan bisa tidak turun hingga tiga hari. Tak jarang, hujan tidak turun sampai seminggu,” tuturnya.
Kendati sudah puluhan tahun menjadi pawang hujan, Sumadiyono mengaku tidak semua cuaca bisa dikendalikan, terutama jika mendung putih.
“Sampai sekarang, saya belum mengendalikan kalau mendung putih. Biasanya, biarkan dulu hujan turun, baru saya melakukan ritual,” katanya.
Lain hal dengan mendung hitam, paparnya, cenderung lebih mudah dikendalikan karena masih kelihatan ruang-ruang untuk menahan hujan.
Tak patok harga
Keahlian Sumadiyono mengendalikan cuaca tak lagi diragukan.
Pemakai jasanya berasal dari kalangan orang biasa hingga pemilik event organizer.
Ia tak sekali atau dua kali menangani cuaca di kegiatan sekelas kementerian hingga kepresidenan.
Ia pun selalu dipanggil setiap ada acara di Borobudur.
“Jasa saya dipakai di konser Westlife, Mariah Carey, kegiatan marathon oleh kementerian, hingga kunjungan Pak Presiden Joko Widodo,” bebernya.
Meski cukup tersohor, Sumadiyono tidak pernah mematok harga kepada para pemakai jasanya. Anugerah yang ia terima dipakai untuk membantu sesama.
“Semua harus ikhlas. Malah, saya pernah tombok. Tidak apa-apa. Toh, yang memberi lebih kepada saya juga banyak,” katanya. [rda]