WahanaNews-Borobudur | Jenis oleh-oleh atau souvenir yang paling mudah dicari ketika berkunjung ke kawasan pariwisata ataupun daerah tertentu, salah satunya adalah kaos.
Kekayaan objek wisata di Kabupaten Magelang selalu menarik untuk dikunjungi.
Baca Juga:
Peringatan Hari Lahan Basah: 1.500 Bibit Mangrove Ditanam di Bunaken
Tak hanya wisata alam, kuliner yang menggoda, keunikan souvenir ataupun oleh-olehnya bisa melengkapi pengalaman wisata di Kabupaten Magelang.
Jika berkunjung ke kawasan Borobudur, jangan lupa untuk mampir membeli oleh-oleh kaosnya.
Bukan kaos oleh-oleh yang dijual seperti pada umumnya, namun ini kaos premium yang diproduksi oleh Jaran Kore Borobudur.
Baca Juga:
PUPR Lanjutkan Penataan KSPN Borobudur Tahap 2 di Jawa Tengah
Berlokasi di Dusun Bumisegoro, Borobudur, Jaran Kore membuat kaos premium seharga 250 ribu sampai 500 ribu rupiah. Bahkan ada juga yang akan segera dirilis kaos seharga 2,5 juta rupiah.
"Kita desain sendiri (kaosnya). Untuk kaos yang (harga) 2,5 (juta) itu kita memang gebrakan pasar," kata Betty Nugraheni, pemilik Jaran Kore Borobudur saat ditemui baru-baru ini.
Sewaktu libur lebaran beberapa bulan lalu, ada sejumlah wisatawan luar kota dari Bandung yang memborong kaosnya yang berharga 250 ribu dan 500 ribu rupiah. Dia ingin meraih segmen khusus yang menengah ke atas.
"Kenapa saya berpikir harus ada kaos yang betul betul premium 2,5 juta ini karena pangsa pasar ke depan itu tamu yang highclass itu memang perlu. Sekarang ada tamu (hotel) Amanjiwo nginap seharga 50 juta semalam aja dia ngga keberatan, ambil kamar yang VIP. Ini yang saya bidik," terang Betty.
Namun, Jaran Kore juga menyiapkan juga oleh-oleh kaos mulai dari harga 25 ribu dan 50 ribu rupiah agar bisa menjangkau semua segmen.
"Jadi untuk semua segmen ada, kalau mampir ke Jaran Kore," imbuh perempuan kelahiran 26 tahun ini.
Betty menceritakan awal kisah dia merintis usaha kaos Jaran Kore. Sebelumnya, keluarganya menjalankan bisnis toko besi, namun sempat collapse karena kehilangan aset dan uang senilai 2,4 miliar rupiah. Setelah kejadian itu, keluarganya masih melanjutkan bisnis toko besi tersebut.
"Habis itu toko besi saya lanjutin (tapi) saya lihat toko besi di Borobudur kok banyak sekali, (ada) 33 toko besi. Nah dari itu saya melihat, ini aja lah (bikin) kaos print oleh-oleh premium gitu. Borobudur belum ada. Toko besi saya tutup, lalu saya buat ini, Jaran Kore," jelasnya singkat.
Jaran Kore mulai eksis pada 2019 awal dan membuka gerai pertama kali di Kavling Jayan Borobudur. Namun kini semua sudah pindah ke Dusun Bumisegoro Borobudur. Jaran Kore sendiri berasal dari filosofi kuda yang liar, masih bebas berkeliaran dan tidak ada yang memelihara.
"Nah bebas itu artinya saya bebas dan liar dalam mengekspresikan desain-desain saya ke kaos ini. Ide saya tanpa batas," urainya.
Selain menggunakan bahan katun yang berkelas, motif yang ada di kaos Jaran Kore juga eksklusif.
Untuk menghindari complain dari Balai Konservasi Borobudur, mereka secara resmi mengajukan izin ke Ditjen Kebudayaan pada Kemendikbud RI untuk motif-motif yang akan didesain di kaos Jaran Kore.
"Izinnya saya mau masukkan (desain) ke kaos untuk saya bisnis, saya jual. Fotonya saya naik candi (Borobudur) ngajak tukang potret yang profesional, tak bayar (saya bayar), tak anter (saya antar), saya (juga) diantar dari Balai Konservasi (Borobudur), diantar, dikawal, saya ambil potret beberapa, setelah itu hasilnya diminta cuma 9 thok (9 desain saja) harus dikirim ke sana (Ditjen Kebudayaan)," kata perempuan asli Dusun Brongsongan Borobudur ini.
Konsep desain kaosnya berkisar seputar Borobudur sebagai kawasan destinasi super prioritas, diantaranya stupa candi Borobudur, hingga gerbang menuju Kawasan strategis pariwisata nasional (KSPN) Borobudur, seperti gerbang singa dan gerbang gajah. Bahan kaosnya menggunakan katun yang berkelas premium.
"Mengikuti harga, kalau harga semakin mahal ya kita cari bahan semakin bagus. Kaos yang 2,5 juta nanti kita cari yang bagus. Bahannya katun tapi ada kelas-kelasnya," pungkasnya.[zbr]