WahanaNews-Borobudur | Sebuah perahu kuno ditemukan di Desa Punjulharjo, Rembang, pada 2008 silam. Konon usia perahu itu lebih tua daripada Candi Borobudur.
Saat ini perahu itu disimpan dengan baik tak jauh dari lokasi penemuannya. Kawasan itu juga ditetapkan sebagai situs cagar budaya nasional.
Baca Juga:
Penjualan Hampers Produk Rumah BUMN SIG Melonjak 30 Persen Selama Bulan Ramadan 2024
Perahu kuno yang telah dikonservasi itu kini disimpan di sebuah tempat khusus. Bagian atasnya dinaungi dengan atap. Tempat itu juga dikelilingi tembok dan pagar.
Sedangkan perahu yang terbuat dari kayu ulin itu diletakkan di tengah-tengah. Di sekitarnya terdapat papan yang memuat informasi mengenai perahu yang diperkirakan dibuat pada abad ke-7 masehi itu.
Perahu dengan panjang 15 meter dan lebar 5 meter itu memang tidak utuh lagi. Namun bagian-bagiannya masih cukup lengkap. Para peneliti juga masih bisa melacak teknologi yang digunakan untuk membuat perahu itu.
Baca Juga:
KKP Siapkan Pembangunan Kampung Nelayan Modern di Pasarbanggi, Rembang
Dikutip dari laman Kemdikbud, perahu itu terbuat dari kayu ulin. pembuatannya menggunakan teknologi penyambungan antar papan, teknik papan ikat dan kupingan pengikat.
Perahu Kuno Punjulharjo, setelah diteliti mendapat perhatian khusus, dikarenakan keutuhan dan kelengkapan bagian-bagian kapal. Selain itu, ditemukan pula arca, rempah-rempah, gerabah dan benda-benda lainnya.
Perahu kuno Punjulharjo diperkirakan telah ada sejak abad ke-7. Hal tersebut diperkuat dengan diadakannya penelitian lanjutan dengan cara melihat hasil dari radiokarbon yang diambil dari tali kapal.
Sekretaris Desa Punjulharjo, Ubadillah mengatakan perahu itu awalnya ditemukan oleh warga yang hendak membuat tambak. Temuan itu membuat pemerintah lantas melakukan penelitian dan konservasi. Hasilnya, perahu itu memang diduga peninggalan dari abad ke-7.
"Kira-kira perahu ini dibuat pada abad ke-7, lebih tua dari Candi Borobudur, kalau Candi Borobudur sekitar abad ke-8," kata Ubadillah saat ditemui.
Kepala Sub Koordinator Sejarah, Museum, dan Cagar Budaya pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Dinbudpar) Kabupaten Rembang, Retna Dyah Radityawati mengatakan hasil penelitian menunjukkan bahwa perahu itu sebenarnya bukan milik masyarakat pribumi pada saat itu.
"Kemungkinan bukan orang nusantara tapi memang orang-orang Indochina yang biasanya mereka itu berdagang bukan hanya di pinggiran pantai tapi sudah masuk ke dalam-dalam," jelas Retna saat ditemui di kantornya, Selasa (22/11/2022) siang.
Dia menjelaskan, pada abad ke-7 sampai pada abad ke-8, kata Retna, hubungan bilateral antara orang Nusantara dengan orang Indochina itu sudah terbilang erat, termasuk kerjasama perdagangan. Kerja sama perdagangan itu, tidak berlangsung di pinggir laut, melainkan sudah masuk sampai ke wilayah pedalaman.[zbr]