WahanaNews-Borobudur | Liga Pisang yang diikuti 20 desa meriahkan wilayah Borobudur, Magelang.
Dalam liga itu, anak-anak bermain sepak bola yang dikreasi sedemikian rupa gunakan alat-alat berbahan pohon pisang.
Baca Juga:
Eks Menlu RI Retno Marsudi Diangkat jadi Dewan Direksi Perusahaan Energi Singapura
Liga Pisang itu digelar melalui kerja sama Eksotika Desa bekerja sama dengan Direktorat Kepercayaan Terhadap Tuhan Yang Maha Esa, Dirjen Kebudayaan, Kemendikbud Ristek.
Liga Pisang ini digelar di Lapangan Sri Gentan, Desa Wringinputih, Kecamatan Borobudur.
"Liga Pisang ini mencoba untuk membuat kemasan baru yang lebih menarik bagi anak-anak dan masyarakat di 20 desa Kecamatan Borobudur. Jadi sebenarnya penginnya mengenalkan anak-anak terhadap potensi alam yang ada di sekitarnya. Fokusnya ke tanaman pisang yang tersebar di 20 desa," kata Ketua Eksotika Desa, Panji Kusumah dilansir dari detikJateng, Minggu (22/5).
Baca Juga:
Buka Kejuaraan Nasional Renang Antar Klub Se-Indonesia, Wamenpora Harap Dapat Lahirkan Atlet Berprestasi
Salah satu caranya adalah membuat permainan anak dengan menggunakan alat-alat yang terbuat dari pohon pisang.
Hal itu untuk mendekatkan anak dengan salah satu hasil bumi dari Kecamatan Borobudur itu.
Untuk itu, kemudian dibuatlah konsep Liga Pisang ini.
Bola yang dipakai dengan terbalut dengan klaras (daun pisang kering) dan pelepah pohon pisang.
Kemudian, jaring gawang juga dari pelepah pohon pisang. Untuk wasit membawa kartu kuning dari pisang matang serta kartu merah dari jantung pisang.
"Karena sifatnya edukasi untuk membangun kesadaran makanya anak-anak atau yang nonton dikenalkan berbagai jenis tanaman pisang. Itu dipamerkan berbagai jenis tanaman pisang, kemudian kaitannya pisang dengan budaya spiritual yang ada di Kecamatan Borobudur untuk uba rampe slametan (pisang dipakai untuk selamatan)," tuturnya.
"Ini melibatkan ibu-ibu di masing-masing desa, mereka harus mendukung kegiatan ini. Mereka masak dan minuman berbasis tanaman pisang, selain dilombakan nanti makanan yang dibuat ibu-ibu tersebut," kata dia melanjutkan.
Panji menambahkan, setiap tim ada 7 orang dan tidak boleh memakai sepatu.
Selain itu, pemain memakai atribut dari pohon pisang.
"Peserta di bawah usia 15 tahun, SD sampai SMP, nggak boleh pakai sepatu. Seperti sepak bola orang desa pada umumnya," tuturnya.
Sementara itu, salah satu warga Wringinputih, Muhammad Rofingi mengatakan dengan adanya Liga Pisang ini masyarakat bisa melihat anak-anak bermain bola meski jumlahnya sedikit.
"(Dengan aksesori dari pohon pisang) Anak-anak sangat antusias dan senang. Jadi anak-anak nggak mainan HP (handphone), dengan adanya Liga Pisang ini sangat bagus sekali," ujarnya yang mengaku senang bermain sepak bola.
Di sela-sela liga, penyelenggara juga mengadakan lomba olahan makanan dari bahan pisang maupun dipamerkan jenis-jenis pisang yang berada di kawasan Borobudur.
Selain itu, dipamerkan berbagai jenis dolanan anak dengan bahan pohon pisang.
Adapun Liga Pisang ini dimulai Sabtu (21/5) dan berakhir Rabu (25/5).
Untuk jenis pisang yang dipamerkan meliputi pisang raja, kluthuk, cici, kidang, lampong, kojo dan pisang ninting.
Selain itu, ada pisang genderuwo, banyu, emas, kepok kuning, nongko, tanduk, byok, kepok sukun dan ambon. [non]