WahanaNews-Jateng | Dinamika setiap hubungan pastinya ada dan naik turun, tergantung sikap dan cara menyikapi dari setiap pasangan. Tentuanya setiap pasangan mengharapkan hubungan yang ideal.
Realitanya, tidak semua pasangan memiliki hubungan ideal tersebut. Terkadang ada juga hubungan yang dijalin justru merugikan salah satu pihak. Dengan kata lain, ada pihak yang merasa dimanfaatkan oleh pihak satunya, ibarat benalu.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Kondisi hubungan yang seperti ini biasa disebut dengan toxic relationship. Psikolog kinis dewasa dan Founder Anastasia & Associate, Anastasia Sari Dewi, SPsi, MPsi, menjelaskan ciri-ciri hubungan dengan pasangan sudah tidak sehat.
"Toxic relationship itu berarti hubungan yang membuat masing-masing individu itu justru bukannya meningkat malah menurun. Menurun itu bisa dari segi banyak hal bisa dari kualitas dirinya sebagai individu. Zaman sekarang secara finansial juga bisa menurun," jelas Anastasia, dalam e-Life dengan tema Terbelenggu Pacar Benalu pada Jumat, (21/1/2022).
Lalu apa saja ciri-ciri toxic relationship yang perlu diketahui?
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
1. Muncul emosi negatif
Psikolog klinis dewasa itu juga memaparkan tanda-tanda yang menunjukkan suatu hubungan menjadi toxic adalah munculnya emosi negatif.
"Biasanya ada timbul emosi negatif dari salah satu yang menjalani hubungan. Emosi negatif yang seperti apa? Misalnya takut, insecure, atau mungkin pesimis dengan dirinya sendiri, atau kecil hati. Emosi negatif yang seperti itu tidak melulu soal marah ya," ungkapnya.
2. Merasa tidak aman
Emosi negatif tersebut bisa ditandai dengan adanya perasaan tidak aman dan merasa tidak pantas bahagia dan dicintai. Hal ini biasanya akan muncul setelah menjalani hubungan yang salah.
"Emosi yang muncul seperti itu kadang memang dari individu itu sendiri, tapi bisa juga atau banyak juga client yang datang ke saya muncul itu setelah menjalani hubungan yang salah atau hubungan yang toxic," kata Founder Anastasia & Associate itu.
3. Tidak diberi kebijakan
Pasangan yang tidak diberi kebijakan dalam membuat keputusan bahkan dalam mengelola emosi juga bisa ditandai dengan hubungan yang toxic.
"Karena mungkin ada banyak respons emosi pasangannya yang justru kalau misalkan ada konflik itu dibalik. Sehingga yang ada emosi negatifnya muncul semua atau misalkan terbiasa diancam, terbiasa disakiti, terbiasa dikritik seolah-olah dia tidak ada kebijakan dalam memutuskan. Atau tidak punya kebijakan dalam mengelola emosi," lanjut dia.
4. Kecenderungan menguasai
Hubungan yang toxic tidak bisa terjadi kapan saja baik di awal menjalin hubungan atau ketika sudah lama menjalaninya. Maka kesadaran akan hubungan yang toxic perlu terus ada agar dapat melihat tanda-tandanya dan bisa memperbaikinya lebih awal.
"Bisa juga pada saat pacaran sehat-sehat saja kayak tidak mengekang dan posesif. Tapi setelah menikah tiba-tiba secara tidak sadar muncul rasa memiliki yang menjadi menguasai. Sehingga toxic itu akan muncul perlahan-lahan," jelas Anastasia. [non]