WahanaNews-Jateng | Goa Jatijajar yang berlokasi di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, dikenal dengan segarai surga perut Bumi.
Goa sepanjang 250 meter ini terbentuk dari batuan kapur di kawasan Pegunungan Karst Gombong Selatan.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Dikutip dari laman resmi Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Tengah (Jateng), gua ini memiliki pemandangan yang indah.
Ada gugusan stalaktit dan stalagmit menakjubkan di dalamnya. Ada pula sendang alias sumber mata air yang memanjakan mata.
Dikutip dari Wikipedia, Goa Jatijajar adalah gua kapur yang sudah tua.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Hal ini dibuktikan dengan keberadaan stalaktit dan stalagmit yang terbentuk dari endapan air hujan yang bereaksi dengan bebatuan kapur.
Konon, gua ini ditemukan pada 1802 oleh seorang petani bernama Jayamenawi. Kala itu, dia yang sedang mengambil rumput di lahan atas gua terjatuh ke dalam sebuah lubang.
Rupanya, lubang itu adalah ventilasi langit-langit yang ada di goa tersebut.
Setelah Jayamenawi menemukan goa, tidak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa Kebumen kala itu meninjau lokasi tersebut.
Saat mendatangi gua, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut goa dan kemudian dinamakanlah goa tersebut sebagai Goa Jatijajar.
Dikutip dari Kebumenkab.go.id, gua ini berkembang pada lapisan batu gamping yang berumur Miosen tengah.
Kehadiran fosil-fosil, seperti Lepidocyclina sumatensis Brady, L. Elegans Tan dan Cyclopeus annulatus Martin menunjukan bahwa umur batuan tersebut juga menjadi ciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal dengan kedalaman maksimum 60 meter.
Objek wisata ini berkaitan dengan legenda Raden Kamandaka alias Lutung Kasarung yang dapat dilihat pada diorama di dalamnya.
Hasil penelitian berjudul Goa Jatijajar Sebagai Daerah Objek Wisata Alam Adalah Goa Alam yang Terletak di Jatijajar, menjelaskan ada delapan diorama dengan 32 patung di dalamnya.
Diorama itu membahas tentang gua yang konon merupakan tempat Raden Kamandaka, putra mahkota dari Kerajaan Pajajaran yang bernama Banyak Cakra.[non]