WahanaNews - Jateng | Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) terus melakukan penguatan deteksi dini dan pencegahan balita stunting.
Pasalnya, angka prevalensinya masih 20,9 persen atau di atas target nasional sebesar 14 persen pada tahun 2024.
Baca Juga:
Jumlah Kasus DBD di Mukomuko Bertambah Menjadi 545 Orang
"Upaya pencegahan stunting melalui deteksi dini balita yang mengalami weight faltering, berat badan kurang, serta gizi kurang yang ditemukan di Posyandu dan ditangani sesuai standar tata laksana stunting di Puskesmas," ujar Kepala Dinkes Jateng, Yunita Dyah Suminar saat dikonfirmasi di Cilacap, Sabtu (21/1/2023).
Ia menjelaskan, pemanfaatan buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) perlu ditingkatkan, karena buku KIA merupakan perangkat untuk memantau tumbuh kembang balita dari bulan ke bulan.
Menurutnya, buku KIA juga memuat edukasi mulai dari kesehatan ibu hamil sampai dengan tumbuh kembang anak pada usia 0-6 tahun.
Baca Juga:
Kasus GHPR di Ngada Meningkat, 2 Dinyatakan Positif dan Meninggal Dunia
Oleh karena itu, perlu juga dilakukan atau dikuatkan dengan pelaksanaan kelas ibu hamil maupun kelas ibu balita sebagai bagian dari upaya pencegahan stunting.
"Penguatan deteksi dini dan pencegahan balita stunting, kegiatan audit kasus dalam percepatan penurunan stunting dengan melakukan kolaborasi bersama unsur pentahelix, yaitu akademisi, swasta, masyarakat, pemerintah, dan media," jelas perempuan yang akrab disapa Ninit itu.
Menurut dia, upaya yang dilakukan pemerintah adalah memantau konsumsi makanan pendamping air susu ibu (MP ASI) balita usia 6-23 bulan di Posyandu dengan mengerahkan Puskesmas dan jejaringnya, seperti kader, PKK, dan sebagainya dengan penguatan edukasi MP ASI, penyuluhan, serta penguatan surveilans gizi melalui elektronik pencatatan pelaporan berbasis gizi masyarakat (EPPGBM).