WahanaNews-Jateng | Tanaman Talas pada umumnya dibiarkan tumbuh liar di kebun atau pekarangan.
Kalaupun sengaja ditanam, tanaman itu tak menjadi komoditas pokok.
Baca Juga:
Sangat Berbahaya, ALPERKLINAS Desak PLN dan Pemda Aktif Sosialisasikan Larangan Penggunaan Arus Listrik di Luar Peruntukan
Tanaman itu kerap dipandang sebelah mata.
Tapi anggapan itu tak lagi berlaku bagi sebagian warga di Banjarnegara.
Mereka sengaja membudidayakan tanaman itu setelah diketahui punya nilai ekonomi tinggi.
Baca Juga:
Detik-detik Mencekam! Remaja 17 Tahun Saksikan Langsung Tabrakan Pesawat di Washington DC
Tanaman Talas yang biasanya hanya diambil ubinya, ternyata juga bermanfaat daunnya.
Daun Talas kini kian populer karena bisa dimanfaatkan sebagai pengganti tembakau dalam industri rokok.
Di rumahnya, Desa Karanganyar Kecamatan Purwanegara, Suhadi sibuk memasukkan daun Talas yang telah kering atau menguning ke mesin pencacah.
Daun itu seketika tercacah hingga lembut.
Bentuk Daun Talas memang beda dengan Tembakau pada umumnya. Tapi ketika sudah terpotong (dirajang), sulit membedakan keduanya.
"Mirip tembakau bentuknya. Prosesnya juga sama, dirajang kemudian dikeringkan, " katanya, Selasa (29/3/2022)
Ia bekerjasama dengan petani di desanya untuk menanam Talas.
Sejumlah petani pun telah beralih menanam Talas.
Tetapi ia tetap menganjurkan petani menanami lahannya secara tumpang sari.
Di sela tanaman Talas, petani bisa menanam tanaman lain, semisal tanaman buah.
Suhadi membeli daun Talas basah dari petani seharga Rp 1000 perkilogram.
Daun yang dipetik harus lah yang sudah tua atau menguning.
Selain daun yang bisa dipetik rutin, kata Suhadi, petani juga bisa memanen ubi Talas setelah tanaman berusia dua tahun.
"Ubinya bisa dipanen ketika sudah dua tahun, " katanya
Di rumah Suhadi, lembaran demi lembaran daun Talas dipotong hingga penampakannya mirip tembakau.
Setelah dirajang dan dikeringkan, daun Talas itu siap dikirim ke pengepul yang lebih besar.
Suhadi mengatakan, potongan daun Talas itu bukan dijual ke perusahaan lokal, melainkan diekspor ke luar negeri.
Kebutuhan ekspor daun Talas mencapai puluhan ton perbulan.
Karena itu, ia menilai usaha pertanian Talas memiliki prospek yang cerah.
Dari informasi yang dia terima, Daun Talas memiliki keunggulan tersendiri dibanding tembakau karena dianggap bebas nikotin.
Ini lah yang menjadi salah satu alasan Talas diburu saat ini.
Lewat Talas, Suhadi ingin menawarkan solusi bagi petani di lingkungannya yang selama ini hasilnya kurang dari usaha pertanian Palawija atau Cabai.
"Daun Talas untuk tujuan ekspor," katanya. [non]