Jateng.WahanaNews.co, Batang - PT Badan Perkreditan Rakyat (BPR) Bapera Kabupaten Batang, Jawa Tengah, membidik peluang pertumbuhan perbankan seiring dengan pesatnya perkembangan dunia industri di daerah ini, khususnya di Kawasan Industri Terpadu Batang (KITB) dan Kawasan Industrial Park Batang.
Direktur PT BPR Bapera Kabupaten Batang Aji Setya Budi di Batang, Selasa (15/10/2024), mengatakan bahwa pihaknya merencanakan membangun dua perkantoran cabang baru di Kecamatan Bandar dan Kecamatan Gringsing.
Baca Juga:
Industri Fintech Bergolak di IFSE 2024, OJK Serukan Perlindungan Konsumen
"Langkah ini dilakukan sebagai strategi untuk memanfaatkan pertumbuhan industri di Batang. Kami berencana membuka dua cabang baru untuk menangkap peluang dari keberadaan kawasan industri di daerah ini," katanya.
Menurut dia, Kawasan Industri Terpadu Batang dan kawasan Industrial Batang Park sudah menjadi target utama perusahaan untuk menarik nasabah baru terutama dari kalangan tenaga kerja yang diprediksi akan terus meningkat seiring perkembangan industri.
Hadirnya dua kawasan industri ini, kata dia, tentu akan berdampak jumlah tenaga kerja baru sehingga hal ini menjadi peluang besar untuk memperluas basis nasabah.
Baca Juga:
OJK dan FSS Korea Bahas Pengawasan Lintas Batas dan Kerja Sama Keuangan
"Kami tengah mengurus perizinan pembukaan cabang baru tersebut ke Otoritas Jasa Keuangan (OJK)," katanya.
Aji Setya Budi mengatakan, lokasi perkantoran cabang BPR Bapera tersebut nantinya direncanakan berada di area penyangga industri bukan di dalam kawasan industri itu.
"Hal itu, bertujuan untuk menarik nasabah dari berbagai kalangan termasuk pelajar dan masyarakat di sekitar kawasan industri itu," katanya.
Ia menyebutkan, BPR Bapera kini semakin menunjukkan pertumbuhan yang positif dengan dibuktikan bertambahnya jumlah nasabah yang sudah mencapai sekitar 10 ribu orang atau naik dari periode tahun sebelumnya sebanyak 7 ribu nasabah.
Dividen yang disetorkan kepada pemerintah daerah, kata dia, juga meningkat signifikan.
"Saat ini, dividen yang kami berikan mencapai Rp700 juta per tahun naik dari sebelumnya sekitar Rp300 juta. Selain itu, rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) perusahaan berada di bawah 5 persen," katanya.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]