Dengan kerjasama tersebut, maka pemerintah Tiongkok dan Indonesia serta Provinsi Jateng dan Fujian, akan melakukan pantauan terkait kerja sama industri tersebut.
Ngurah mengatakan, dengan 200 hektare lahan dimungkinan akan ada 50-60 pabrik yang akan didirikan. Diperkirakan, proyek itu akan menyerap 100 ribu pekerja, dan rencananya pada tahun ini sudah ada pembangunan konstruksi yang dilakukan.
Baca Juga:
Pasar Murah Kodam IV/Diponegoro di Semarang Sediakan 1.000 Paket Sembako
“Mungkin tahun depan harapannya sudah ada beberapa pabrik yang operasional, karena tinggal memindahkan, bukan merancang pabrik baru. Bangunan dibuat, mesinnya dipindah. Harapannya bisa cepatlah,” ujarnya.
Terkait nilai investasi, Ngurah belum bisa memastikannya. Hal itu bergantung dengan industri apa yang nantinya akan dibangun pada lahan tersebut.
Namun ia mengungkap, untuk menyewa lahan seluas 200 hektare, harus mempersiapkan dana sewa lahan sekitar Rp1,5 triliun untuk 80 tahun.
Baca Juga:
Pemerintah Jawa Tengah Salurkan CPPD: 1.000 Warga Karanganyar Dibantu
Oleh karena itu, Ngurah akan mengutus tim yang akan berangkat ke Fujian, untuk mengecek pabrik apa yang akan dipindahkan ke Batang. Sebab, KITB tidak boleh menerima industri yang sama dengan yang sudah ada di dalam negeri.
“Nilai investasinya bisa besar sekali mungkin sekitar Rp4-5 triliun. Namun mereka belum kasih angka,” sebutnya.
Hingga kini, di kawasan itu sudah ada kerja sama dengan beberapa industri asal luar negeri. Di antaranya KCC dari Korea Selatan, ada Yin Kwan Taiwan, RKI India, Wavin Belanda, Window Shutter Inggris. Selain itu akan masuk beberapa pabrik dari Amerika Serikat, yang membuat panel surya dan pembuatan baterai mobil listrik dari Tiongkok.