WahanaNews - Jateng | Sepanjang Desember 2022, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) mencatat ada 149 kejadian bencana di Jateng. Terbanyak adalah tanah longsor dengan total 54 kejadian.
Intensitas hujan yang lebat pada akhir tahun 2022 juga turut menambah jumlah kejadian. Meski sudah ada yang surut, hingga kini ada beberapa daerah di Jateng yang masih terendam banjir.
Baca Juga:
Korupsi Proyek Perkeretaapian, Anggota Pokja di Purwokerto Terima Sejumlah Uang
Diantaranya, Kota Semarang, Kota Pekalongan, Kudus, Demak, Pati, dan beberapa wilayah lain. Sementara, tiga hari pertama tahun 2023 ada satu bencana yakni angin kencang di Kabupaten Kudus yang menyebabkan kerusakan jaringan listrik.
“Demak itu ya Sayung, Semarang ya sekitar pemukiman, walaupun sudah mulai surut. Kami mendukung dan men-support pelayanan darurat yang utama, apakah makan cukup dan sarpras pembantu,” ujar Kepala BPBD Jateng, Bergas Catursari, dikutip Kamis (5/1/2023).
Ia menjabarkan, berdasarkan data, dari 149 bencana terdiri atas angin kencang, banjir, kebakaran, gelombang pasang atau abrasi, tanah longsor, dan tanah gerak.
Baca Juga:
Survei Indikator Politik Unggulkan Elektabilitas Luthfi-Yasin di Pilgub Jawa Tengah
Yang terbanyak adalah tanah longsor dengan total 54 kejadian, dan paling sedikit tanah gerak sebanyak 1 kejadian. Pihaknya mengaku telah bekerjasama dengan pemerintah daerah dan dinas terkait dalam penanganannya.
“Itu (kejadian bencana) urusan bareng-bareng. Misal kita bicara tanggul sungai itu kan kewenangan BBWS. Kemudian melalui BBWS, diharapkan membantu pihak provinsi,” imbuhnya.
Bergas mengaku saling berkoordinasi dengan pemda setempat. Ketika pemerintah daerah kesulitan dalam penanganan bencana akan berkoordinasi dengan BPBD Jateng.
Seperti pada penanganan pengungsian, logistik permakanan, ataupun alat yang sekiranya diperlukan. “Kalau kabupaten/kota kesulitan, tentunya komunikasi dengan kami,” akunya.
Tak hanya itu, Bergas mengaku bahwa modifikasi cuaca juga dilakukan dalam penanganan cuaca esktrem, dengan cara menurunkan hujan di lautan, bukan di daratan.
Pihaknya pun mengimbau kepada masyarakat untuk terus waspada dan mengenali lingkungan masing-masing. Terutama di daerah yang menjadi langganan banjir ataupun tanah longsor.
“Tidak sebatas bertopang diri ke pemerintah pusat, provinsi, dan kabupaten. Tapi perlu dilakukan ketangguhan-ketangguhan masyarakat agar bisa mengelola cuaca ekstrem yang dirasa cukup membahayakan. Setelah dipetakan dikasih treatment-nya, supaya layanan informasi kedaruratan lebih baik,” tandasnya.[mga]