WahanaNews-Semarang | Peneliti ahli utama di Pusat Riset dan Atmosfer Badan Riset dan Inoveasi Nasional (BRIN), Thomas Djamaluddin, mengungkapkan bahwa kondisi ekstrem banjir rob dapat terjadi karena disebabkan oleh gelombang tinggi di laut yang dipicu angina kencang.
"Yang perlu diwaspadai adalah kondisi ekstrem. Banjir rob itu akan mengalami kondisi ekstrem bila dipicu oleh gelombang tinggi di laut terutama yang dipicu oleh angin kencang," katanya dalam Webinar Lesson Learned: Banjir Rob di Musim Kemarau yang diadakan oleh Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN yang dipantau secara virtual di Jakarta, Kamis (2/6).
Baca Juga:
Datangi Polres Malang Kota, Puluhan Kyai dan Ulama Suarakan Netralitas APH
Ia mengatakan faktor astronomis dari efek gravitasi Bulan dan Matahari berpotensi banjir rob saat bulan baru atau purnama yang menyebabkan pasang maksimum.
Efeknya akan meningkat bila bersamaan dengan kondisi perige atau titik terdekat Bulan terhadap Bumi.
Namun, menurut dia, umumnya fenomena astronomis tersebut hanya menimbulkan genangan biasa, dan itu sesuatu yang rutin terjadi tiap bulan.
Baca Juga:
Cerita Inspiratif Mila Karmilah, Penerima Manfaat PKH Kemensos
Thomas mengatakan hal yang perlu diwaspadai adalah kondisi ekstrem banjir rob yang umumnya dipicu oleh gelombang tinggi di laut.
Fenomena banjir rob yang dipicu gelombang tinggi di laut karena angin kencang melanda Semarang dan sekitarnya pada 23 Mei 2022.
Hasil analisis Tim Reaksi dan Analisis Kebencanaan (Treak) Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN menunjukkan dinamika atmosfer di sekitar Laut Jawa menyebabkan angin kencang lebih dari 10 meter per detik yang memicu kenaikan gelombang di Laut Jawa dekat pesisir utara Pulau Jawa dan berkontribusi mengakibatkan banjir rob di Pantai Utara Jawa pada 23 Mei 2022, termasuk di Semarang dan sekitarnya.