WahanaNews-Semarang | Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil (Dispendukcapil) Semarang, memberikan fasilitas siswa difabel untuk mendaatkan data kependudukan dengan mudah.
Perekaman data pun dilakukan dengan sistem jemput bola. Kali ini dilakukan di SLB Negeri Semarang.
Baca Juga:
Banjir Bandang di Cileungsi, Tanggul Jebol dan Sampah Menumpuk
Kegiatan digelar tiga hari. Tanggal 12, 13, dan 17 Mei.
Langkah ini sebagai bentuk optimalisasi layanan Dispendukcapil kepada masyarakat tanpa terkecuali. Dalam kegiatan mobile kemarin, petugas melakukan pendataan, perekaman, dan penerbitan dokumen kependudukan, seperti biodata, Kartu Tanda Penduduk Elektronik (E-KTP), dan Kartu Identitas Anak (KIA).
Kepala Bidang Pendaftaran Penduduk Dispendukcapil Kota Semarang Agustanto Iskandar mengatakan, pihaknya siap melayani masyarakat tanpa terkecuali. Termasuk kaum difabel. Sasarannya kali ini adalah SLB Negeri Semarang.
Baca Juga:
Ahok Siap Diperiksa Kejagung, Kasus Korupsi BBM Pertamina Seret Banyak Nama
“Hari ini seluruh kabupaten dan kota di Jawa Tengah serentak melakukan pendataan untuk penyandang disabilitas. Kita akan menjamin mereka mempunyai hak yang sama sebagai warga negara Indonesia,” jelasnya.
Melihat banyaknya penyandang disabilitas di Kota Semarang yang belum terdata.
Agus mengajak keluarga dan masyarakat untuk segera melaporkan kelengkapan administrasi kependudukannya.
Selain perekaman data, pihaknya juga melakukan update data.
Sehingga data bisa masuk ke Sistem Informasi Administrasi Kependudukan (SIAK) pusat. Sistem tersebut khusus bagi penyandang disabilitas.
“Antusias wali murid sangat bagus. Mereka senang, karena layanan ini bisa mempermudah proses pembuatan KIA dan KTP,” jelas Kepala SLB N Semarang Sri Sugiarti.
Sri Sugiarti mengatakan ada 561 siswa yang terdaftar. Namun tidak semua bisa mengikuti perekaman data.
Hanya ada 81 siswa yang melakukan rekam KTP. Serta 142 siswa yang membuat KIA.
Bagi siswa yang berumur 16 tahun juga bisa melakukan rekam KTP. Lalu saat umur 17 tahun KTP baru akan diserahkan.
“Tidak semua bisa mengikuti rekam data. Faktor domisili menjadi penyebabnya. Bagi siswa luar Semarang tidak bisa melakukan perekaman di sini. Selain itu kondisi anak yang tidak bisa berangkat karena sakit,” akunya.
Siswa yang mengikuti pendataan data tertib mengantre.
Mereka masuk ruangan satu per satu. Ada juga yang ditemani orang tua dan guru.
Listiani salah satu wali murid merasa terbantu dengan sistem jemput bola yang dilakukan Dispendukcapil ini.
Menurutnya perekaman data yang dilakukan di sekolah membuat siswa lebih nyaman.
“Kalau di sekolah itu kan siswa sudah tau dan paham lingkungan serta orang-orang di dalamnya. Jadi mereka nggak takut. Berbeda kalau kita datang langsung ke Dispendukcapil pasti akan jadi sorotan mbak,” ucapnya. [non]