WahanaNews-Semarang | Sri Rejeki (62) seorang lansia pemilik rumah kos Jalan Sadewa 5 Kelurahan Pendrikan Kidul, Kota Semarang kena tipu seseorang bermodus mencari rumah kos pada Rabu (26/1/2022) kemarin.
Sri terkena tipu ketika ditelepon dan mendapat bukti transfer internet banking palsu.
Baca Juga:
Didominasi Penegak Hukum, MAKI: Pimpinan Baru KPK Tak Mewakili Masyarakat dan Perempuan
Saat itu dia dijanjikan akan ditransfer uang untuk pembayaran kos.
"Kemarin ada seorang mbak-mbak telepon saya mau cari kos.
Katanya pada penuh semua dan mencari saya.
Baca Juga:
Netanyahu Resmi Jadi Buronan Setelah ICC Keluarkan Surat Perintah Penangkapan
Saya bilang pertengahan Maret baru ada kamar dan dia mau bayar Rp 2 Juta untuk 2 bulan katanya yang akan transfer ayahnya," ujarnya Kamis (27/1/2022).
Menurutnya, saat itu juga ada orang lain yang diduga komplotan penipu menelponnya.
Orang tersebut sebagai ayah dari wanita hendak mencari kos.
"Ayahnya sebentar menelepon saya meminta rekening saya dan langsung transfer melalui internet banking sebesar Rp 4, 2 juta," tuturnya.
Bukti transfer internet banking diterimanya melalui whatsapp.
Pada resi transfer internet banking sekilas terlihat asli dan tertera tulisan transaksi berhasil.
"Seharusnya transaksinya Rp 2 juta kok ini Rp 4,2 juta. Saya pikir kok banyak banget.
Tidak lama kemudian orang itu dan ayahnya telepon saya katanya kelebihan Rp 2,2 juta dan saya disuruh mengembalikan," tuturnya.
Dia tidak sadar jika bukti transfer yang diterimanya palsu.
Dirinya diminta mentransfer uang kelebihan tersebut.
"Awalnya saya bilang tidak bisa karena saya capek.
Saya ditanya ada uang cash di rumah.
Saya bilang ada dan nanti katanya akan diambil ojek online (Ojol) uangnya dan nanti difoto pengemudinya," ujar dia.
Menurutnya, ketika ojek online belum datang, pelaku terus menelponnya.
Setelah pengemudi ojol datang, tampak bingung karena diminta mengambil uang tersebut.
"Setelah pengemudi ojol ambil uang saya sebesar Rp 2,2 juta dan pergi, bapaknya telepon lagi dan bilang katanya saudaranya salah transfer masuk ke rekening saya yang seharusnya masuk rekening anaknya (pelaku) sebesar Rp 2,2 juta dan diminta untuk mengembalikan," kata dia.
Dia mulai curiga ketika mendapat telepon kedua dari pelaku yang sama untuk mengembalikan uang tersebut.
Dirinya berkilah bahwa belum mendapat laporan dari SMS banking jika ada transfer masuk.
"Kata pelaku bilangnya paling terlambat," inbuhnya.
Saat itulah Sri langsung ke mesin ATM untuk mengecek saldo yang ada di rekeningnya.
"Saya ngecek tidak ada sama sekali transfer masuk dan sisa saldo masih punya saya," tutur dia.
Mengetahui hal tersebut, dia langsung ke Bank di jalan Piere Tendean untuk memastikan transaksi tersebut.
Saat dilakukan pengecekan, petugas bank juga tidak ada transfer yang masuk.
"Petugas bank juga bilang saya jangan percaya untuk mengembalikan.
Saya menyebut ada bukti transfer bertuliskan transaksi berhasil.
Petugas bank itu bukti transfer bisa dibuat dan diedit," tuturnya.
Suruh Transfer
Keesokan harinya, dia mencari pengemudi Ojol yang diminta pelaku mengambil uang tersebut.
Dia tercengang bahwa pengemudi ojol di tengah perjalan diminta pelaku untuk mentransfer.
"Katanya saat mau diantar, di tengah perjalanan sopir ojol di telepon pelaku katanya suruh transfer saja uang itu sebesar Rp 2,1 juta dan sisanya buat ojol tersebut," katanya.
Sopir ojol, kata dia, juga takut ketika mengetahui bahwa konsumennya yang mengodernya merupakan pelaku penipuan.
Pengemudi Ojol tersebut mentransfer uang ke rekening pelaku dari bank swasta.
"Saya heran rekening yang digunakan pelaku beda.
Pelaku ngirim saya pakai rekening bank BUMN dan ojol itu ngirim ke rekening bank swasta.
Atas nama rekening juga berbeda," imbuhnya.
Ia menuturkan kejadian tersebut saat ini dalam proses pelaporan di Polrestabes Semarang.
Dirinya saat ini sedang melengkapi bukti-bukti tersebut.
"Saya masih diminta untuk melengkapi bukti-bukti," tutur dia.
Terpisah Kasatreskrim Polrestabes Semarang, AKBP Donny Sardo Lumbatoruan menuturkan belum ada yang melaporkan hal tersebut.
Dirinya menyebut kasus itu hanyalah bukti transfer yang dipalsukan.
"Apalagi bukti transfer hanya dikirim melalui Whatsapp," ujarnya.
Dia membenarkan modus semacam itu sudah banyak diketahui masyarakat.
Namun sangat jarang masyarakat yang terkena tipu bukti transfer palsu.
"Rata-rata mengecek di rekeningnya jika dapat transfernya.
Jika ada kiriman biasanya ada notifikasi atau pemberitahuan," kata dia.
Donny menghimbau masyarakat dapat mengecek terlebih dahulu rekeningnya jika mendapat transfer.
Selain itu masyarakat jangan mudah percaya jika hanya diberikan bukti transfer.
"Karena bukti transfer bisa diedit dan permainan komputer," tuturnya. [rda]