Ketua Baznas Jateng, Ahmad Darodji menjelaskan, pengentasan orang dari zona kemiskinan menjadi program prioritas. Hal itu diwujudkan dengan pemberdayaan penerima zakat, melalui pelatihan kerja maupun pemberian modal produktif.
“Dana yang masuk ke Baznas Jateng 50 persen untuk pemberdayaan. Ada pelatihan kerja dan bantuan modal. Pelatihan kerja ada 8.000 orang dan pemberian modal kepada 6.000 orang. Total pemberdayaan ada 14 ribu orang. Asumsinya bila satu orang bisa mengentaskan tiga orang untuk anak dan istri, maka ada 50 ribu orang yang dapat manfaat,” jelas Darodji.
Baca Juga:
Ganjar Dilaporkan ke KPK Terkait Gratifikasi, IPW: Cashback Capai 16 Persen
Jenis pelatihan kerja yang dilakukan, lanjut Darodji, meliputi beberapa bidang ketrampilan, di antaranya pengolahan sampah jadi pupuk, ternak lele, keterampilan menyetir, perbengkelan, hingga tukang bangunan.
Selain pemberdayaan, peran aktif Baznas Jateng juga diwujudkan dalam pembenahan rumah tidak layak huni (RTLH). Untuk hal tersebut, Baznas Jateng bekerja sama dengan Disperakim Jawa Tengah, sebagai pemilik data RTLH.
Bantuan juga disalurkan melalui program “Satu OPD Satu Desa Binaan”. Program yang diasuh oleh masing-masing dinas di Pemprov Jateng itu, antara lain pembenahan RTLH, serta berbagai pelatihan kerja.
Baca Juga:
Temui Masyayikh Se-Indonesia, Ganjar Gagas Program Insentif Guru Keagamaan di Level Nasional
Sedangkan, terkait penanganan stunting, Darodji mengatakan, Baznas Jateng melakukan dua langkah. Pertama langkah kuratif dan promotif preventif.
“Untuk stunting kami berikan bantuan berupa paket sembako ditambah daging kalengan. Tahun 2022 kami sembeli 53 ekor sapi yang diwujudkan jadi 39.000 daging sapi kalengan, yang salah satunya untuk mengatasi stunting,” paparnya.
Selain itu, ke depan Baznas Jateng bekerja sama dengan BKKBN untuk memberikan konsultasi pranikah, terkait pencegahan stunting. Hal itu dengan memberikan edukasi agar timbul kesadaran memikirkan gizi anak yang kelak dilahirkan.