Dalam bahasa Sansekerta, 'Lavani' bermakna keanggunan yang lahir dari kasih sayang dan budi pekerti. Kata ini bisa diasosiasikan pula dengan lava, cairan vulkanik yang membeku menjadi batu untuk mendirikan Borobudur.
Peter menerjemahkan Lavani sebagai perhiasan dengan spirit warisan budaya Nusantara. Desainnya modern dengan sentuhan rasa etnik yang kontemporer.
Baca Juga:
Bikin Konten Ala CFW, Camat di Payakumbuh Dipecat
Salah satu kreasinya untuk Lavani mencakup anting berbentuk dua cincin emas berpasangan yang masing-masing memiliki hiasan berbentuk bola hitam.
Sepintas, terlihat seperti replika mini dari Planet Saturnus dengan cincinnya. Namun, bola hitam tersebut merupakan interpretasi Peter dari bentuk Borobudur bila dilihat dari atas.
Hadir pula gelang dan cincin yang kental dengan garis desain geometris arsitektural yang menciptakan kesan elegan pada pemakainya. Permainan tekstur serta material emas 18k semakin menambah daya tarik koleksi Lavani.
Baca Juga:
Busana Pamer Aurat, MUI Kritik Makassar Fashion Week
Untuk menandai kehadiran koleksi ini, Amero mengadakan peluncuran yang digelar di kaki Candi Borobodur.
Bertajuk 'Simfoni Lavani', perhelatan ini mengusung pertunjukan seni yang memadukan tari-tarian dengan musik orkestra bernuansa pentatonik.
Amero berawal dari sebuah workshop kecil usaha keluarga yang mulai beroperasi sejak 2015. Mulanya, Amero hanya melayani perhiasan pesanan per orangan atau custom-made. Namun belakangan, bisnisnya mulai berekspansi ke ranah ready to wear demi menjangkau konsumen yang lebih muda.