Sementara hingga hari ini, pesawat yang bisa terbang dan dimiliki maskapai pelat merah beserta anak usahanya hanya tinggal 75 unit.
Rinciannya, Garuda Indonesia sebanyak 35 unit, sedangkan sisanya sebanyak 40 unit dimiliki oleh Citilink.
Baca Juga:
Sekjen GEKIRA Partai Gerindra: Pemilukada Damai Bukti Rakyat Cerdas
“Memang ada pihak swasta. Anggaplah dari semua pihak swasta ada 100-an pesawat. Namun, itu baru mencukupi 50 persen kebutuhan penerbangan nasional,” ujar Erick Thohir.
Lebih lanjut, Erick Thohir menambahkan, dampak lainnya dari kurangnya maskapai tersebut membuat harga tiket pesawat menjadi mahal.
“Ini yang kemudian membuat harga tiket pesawatmakin mahal. Karena itu, kami menilai Garuda Indonesia benar-benar harus diselesaikan,” tutur Erick Thohir.
Baca Juga:
Pj Sekda Dairi Paparkan Potensi Kerawanan Jelang Pilkada
Selain itu, Erick juga menyoroti rute penerbangan Garuda Indonesia yang terlampau banyak, sehingga tidak efisien. Terlebih banyaknya rute penerbangan internasional.
Kerena itu, ke depan Erick Thohir menuturkan akan lebih fokus pada penerbangan domestic. Ia pun membandingkan dengan negara lain seperti China dan Amerika yang lebih banyak melayani rute penerbangan domestik ketimbang internasional.
“Kalau kita lihat juga kue dari wisata lokal sebelum Covid-19 itu 72 persen adalah domestik market, sisanya 28 persen intenasional. Ini yang kita ingin perbaiki secara infrastruktur dan ekosistmenya,” ujar Erick Thohir. [non]