Jateng.WahanaNews.co, Semarang - Data Rapor Pendidikan tahun 2024 menunjukkan bahwa capaian numerasi di 16 kecamatan bervariasi, Semarang Timur mencapai 75 persen, sementara Semarang Utara hanya 34 persen.
Dari 513 sekolah yang dilaporkan, 141 sekolah berada pada tingkat sedang, 15 sekolah pada tingkat kurang, dan 17 sekolah tidak memiliki data karena tidak mengikuti penilaian.
Baca Juga:
DPRD Kota Semarang Minta Pemerintah Tingkatkan Kesiapan Hadapi Banjir Musim Hujan
Bertolak dari data tersebut, proyek Fasda Perubahan (Fasper) Berkelas hadir sebagai solusi untuk mengatasi rendahnya capaian numerasi peserta didik di Kota Semarang. Fasper Berkelas merancang strategi pelatihan dan pendampingan bagi guru dengan menerapkan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME).
RME merupakan pendekatan yang mengintegrasikan matematika dengan masalah-masalah realistik sebagai titik awal pembelajaran. Melalui pendekatan ini, peserta didik diajak untuk memahami konsep matematika melalui situasi sehari-hari yang mereka kenal.
Dari sini, diharapkan matematika tidak lagi abstrak dan sulit dipahami. Dalam penerapannya, guru membantu peserta didik mengidentifikasi masalah nyata, memandu mereka menyelesaikan masalah tersebut secara individu maupun kelompok, dan memfasilitasi presentasi hasil mereka di depan kelas.
Baca Juga:
Akibat Pungli Rp160 Juta, Mantan Lurah di Semarang Dihukum 4 Tahun
Dalam proyek ini, peran guru sangat penting sebagai fasilitator yang memastikan peserta didik dapat menemukan solusi matematika secara mandiri. Selain itu, melalui pendekatan ini, peserta didik akan memahami relevansi matematika dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak hanya meningkatkan hasil belajar mereka, tetapi juga membuat mereka lebih percaya diri dalam menghadapi masalah matematika.
Sebagai langkah awal, Fasper Berkelas melaksanakan pelatihan bagi 50 guru kelas 5 dari 50 sekolah di empat kecamatan, yaitu Kecamatan Genuk, Pedurungan, Semarang Timur, dan Semarang Utara.
Fokus pelatihan ini adalah pada pemahaman prinsip dasar dan filosofi RME. Para guru diajarkan untuk merancang pembelajaran yang berbasis masalah realistik dan mendampingi peserta didik dalam penyelesaian masalah yang berdampak pada peningkatan kompetensi numerasi.
Pelatihan ini dilaksanakan selama tiga bulan, mulai dari Juli hingga Agustus 2024. Setelah pelatihan selesai, guru-guru akan mendapatkan pendampingan intensif pada bulan September untuk memastikan penerapan RME di kelas masing-masing.
Dengan dukungan kepala sekolah dan supervisi berkelanjutan, guru diharapkan dapat meningkatkan kompetensi numerasi peserta didik mereka sebesar 20% dalam periode empat bulan, dari Juli hingga Oktober 2024.
Salah satu tujuan utama dari proyek Fasper Berkelas ini adalah untuk meningkatkan rata-rata capaian numerasi di sekolah-sekolah yang semula berada pada kategori sedang dan kurang. Dengan menerapkan RME diharapkan peserta didik tidak hanya menguasai keterampilan matematika dasar, tetapi juga mampu menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari.
Untuk memastikan keberlanjutan proyek, Fasper Berkelas mendorong sekolah-sekolah untuk mengembangkan kapasitas guru melalui pelatihan berkelanjutan dan penyediaan sumber belajar yang relevan.
Selain itu, monitoring dan evaluasi akan dilakukan secara berkala untuk memastikan efektivitas implementasi RME di lapangan. Kolaborasi dengan Dinas Pendidikan juga akan diperkuat untuk mereplikasi pendekatan ini di sekolah-sekolah lain. Sebagai langkah awal, sekolah-sekolah yang berhasil dalam penerapan RME akan dijadikan percontohan dan pusat pelatihan bagi guru-guru di wilayah lain.
Proyek Fasper Berkelas dengan Pendekatan Realistic Mathematics Education (RME) menawarkan strategi yang inovatif dan relevan untuk meningkatkan capaian numerasi peserta didik di Kota Semarang. Melalui pelatihan dan pendampingan guru, diharapkan pendekatan ini dapat membawa perubahan signifikan dalam kualitas pembelajaran matematika.
Dengan adanya dukungan dari berbagai pihak dan keberlanjutan program, proyek ini berpotensi untuk diadopsi secara luas sehingga peningkatan kompetensi numerasi peserta didik dapat dirasakan di seluruh wilayah Kota Semarang.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]