"Emosi yang muncul seperti itu kadang memang dari individu itu sendiri, tapi bisa juga atau banyak juga client yang datang ke saya muncul itu setelah menjalani hubungan yang salah atau hubungan yang toxic," kata Founder Anastasia & Associate itu.
3. Tidak diberi kebijakan
Pasangan yang tidak diberi kebijakan dalam membuat keputusan bahkan dalam mengelola emosi juga bisa ditandai dengan hubungan yang toxic.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
"Karena mungkin ada banyak respons emosi pasangannya yang justru kalau misalkan ada konflik itu dibalik. Sehingga yang ada emosi negatifnya muncul semua atau misalkan terbiasa diancam, terbiasa disakiti, terbiasa dikritik seolah-olah dia tidak ada kebijakan dalam memutuskan. Atau tidak punya kebijakan dalam mengelola emosi," lanjut dia.
4. Kecenderungan menguasai
Hubungan yang toxic tidak bisa terjadi kapan saja baik di awal menjalin hubungan atau ketika sudah lama menjalaninya. Maka kesadaran akan hubungan yang toxic perlu terus ada agar dapat melihat tanda-tandanya dan bisa memperbaikinya lebih awal.
"Bisa juga pada saat pacaran sehat-sehat saja kayak tidak mengekang dan posesif. Tapi setelah menikah tiba-tiba secara tidak sadar muncul rasa memiliki yang menjadi menguasai. Sehingga toxic itu akan muncul perlahan-lahan," jelas Anastasia. [non]