Setelah Jayamenawi menemukan goa, tidak lama kemudian Bupati Ambal, salah satu penguasa Kebumen kala itu meninjau lokasi tersebut.
Saat mendatangi gua, dia menjumpai dua pohon jati tumbuh berdampingan dan sejajar pada tepi mulut goa dan kemudian dinamakanlah goa tersebut sebagai Goa Jatijajar.
Baca Juga:
Kalimantan Selatan Tuan Rumah, Ini Arti dan Makna Logo Resmi HPN 2025
Dikutip dari Kebumenkab.go.id, gua ini berkembang pada lapisan batu gamping yang berumur Miosen tengah.
Kehadiran fosil-fosil, seperti Lepidocyclina sumatensis Brady, L. Elegans Tan dan Cyclopeus annulatus Martin menunjukan bahwa umur batuan tersebut juga menjadi ciri lingkungan asalnya, yaitu laut dangkal dengan kedalaman maksimum 60 meter.
Objek wisata ini berkaitan dengan legenda Raden Kamandaka alias Lutung Kasarung yang dapat dilihat pada diorama di dalamnya.
Baca Juga:
Pemkab Dairi Siap Dukung Gugus Tugas Polri Sukseskan Ketahanan Pangan
Hasil penelitian berjudul Goa Jatijajar Sebagai Daerah Objek Wisata Alam Adalah Goa Alam yang Terletak di Jatijajar, menjelaskan ada delapan diorama dengan 32 patung di dalamnya.
Diorama itu membahas tentang gua yang konon merupakan tempat Raden Kamandaka, putra mahkota dari Kerajaan Pajajaran yang bernama Banyak Cakra.[non]