Kepada wartawan, Novi menceritakan setiap hari libur dia berjualan mulai pukul 09.00 WIB. Namun ketika masuk sekolah, Novi berjualan mulai pukul 11.00 WIB.
"Jualannya kadang sampai jam lima sore, kadang lebih cepat kalau sudah habis," kata Novi ditemui di tempat jualannya, Jumat (31/12).
Baca Juga:
BRIN Lakukan Riset Konversi Pembangkit Listrik Batu Bara Menjadi Nuklir
Dalam sehari, Novi bisa mendapatkan uang Rp 140 ribu jika dagangannya habis. Namun biasanya dia juga mendapatkan tambahan uang dari orang dermawan hingga Rp 100 ribu.
Novi sudah mulai berjualan sejak beberapa bulan terakhir. Dia mengaku berjualan atas kehendak sendiri, karena ibunya sakit.
"Bapak sudah meninggal waktu saya TK. Ibu sakit-sakitan, vertigo, kalau sehat kerjanya memijat orang. Sebenarnya saya tidak boleh jualan, tapi saya nekat, kasihan ibu saya sakit," ujar dia.
Baca Juga:
Kasus Bunuh Diri Brigadir RAT: Polisi Ungkap 13 Momen Penting dalam Rekaman CCTV
Novi sebenarnya sejak kecil tinggal di Ketelan, Banjarsari, Solo bersama ibu dan dua saudaranya. Namun rumah tersebut sudah tak layak huni karena sering bocor hingga membasahi seluruh bagian rumah.
"Sejak TK saya tinggal sama simbah di Paulan. Ibu sekarang juga pindah ke Paulan. Tapi kadang-kadang ke Ketelan untuk bersih-bersih rumah," kata dia.
Meski dalam kondisi sulit, Novi masih bercita-cita terus bisa melanjutkan sekolahnya. Bahkan dia ingin mewujudkan cita-citanya menjadi dokter.