WahanaNews-Solo | Kelurahan Laweyan, Kecamatan Laweyan, yang memiliki jumlah penduduk paling sedikit di Kota Solo hanya terdiri atas tiga rukun warga (RW) dan 10 rukun tetangga (RT).
Hal itu disebut menjadi salah satu penyebab kelurahan tersebut memiliki jumlah penduduk paling sedikit. Berdasarkan Buku Surakarta Dalam Angka dari Badan Pusat Statistik (BPS) Solo, pada 2020 sebanyak 2.124 jiwa.
Baca Juga:
Ketua Umum PSI Kaesang Pangarep Targetkan Kemenangan di Pilkada Surakarta 2024
Angka itu turun dibandingkan 2019 yang mencapai 2.130 jiwa. Sementara itu, meski menjadi wilayah kelurahan dengan jumlah penduduk paling sedikit, Kelurahan Laweyan sejatinya bukan merupakan kelurahan dengan luas terkecil se-Kota Solo.
Berdasarkan Data Monografi Kelurahan dalam Surakarta Dalam Angka 2002, luas Kelurahan Laweyan 0,248 meter persegi (m2). Dengan luas tersebut, Kelurahan Laweyan menduduki peringkat keempat kelurahan paling kecil di Solo.
Kelurahan Kepatihan Kulon dengan luas wilayah 0,175 m2 tercatat sebagai kelurahan terkecil di Solo. Disusul Kelurahan Kepatihan Wetan 0,225 m2 dan Kelurahan Sudiroprajan 0,230 m2.
Baca Juga:
Partai Gerindra Buka Peluang Kontestasi Pilkada Surakarta bagi Warga Luar Kota
Setelah Laweyan ada Kelurahan Ketelan di posisi kelima dengan luas 0,250 m2. Lurah Laweyan, Agus Wahyu Purnomo, mengatakan wilayahnya hanya memiliki 3 RW dan 10 RT saja.
“Jadi kami [Kelurahan Laweyan] hanya punya 10 RT dan 3 RW. Makanya bisa jadi itu menjadi salah satu sebab jumlah penduduknya paling sedikit,” tutur Agus, Senin (27/6/2022).
Rumah Untuk Usaha Batik
Selain itu, Kelurahan Laweyan pada wilayah tertentu dipenuhi rumah-rumah luas yang merupakan pusat usaha batik di Kota Solo. Sehingga dimungkinkan banyak toko, rumah, ruang usaha produksi yang memakan lahan cukup banyak.
“Di sini ada wilayah yang memang sebagian besar ada rumah-rumah berpagar tinggi, tempat usaha. Bisa jadi itu jadi faktor lahan di sini sebagian [besar] dipakai untuk itu. Tapi memang masih kemungkinan,” tuturnya.
Seperti diketahui, Kelurahan Laweyan dikenal sebagai Kampung Batik Laweyan karena sejak ratusan lalu menjadi pusat industri batik di Kota Solo. Wilayah ini diketahui sebagai tempat berkumpulnya para saudagar batik.
Bahkan sampai sekarang pun masih banyak pengusaha batik yang bermukim di situ dan menjadi salah satu kampung wisata heritage di Kota Solo. Banyak bangunan kuno yang menjadi daya tarik bagi wisata.
Bahkan ada satu rumah kuno yang diyakini sebagai rumah tertua di Solo, bahkan Jawa Tengah. Rumah itu sudah ada sejak sebelum Keraton Mataram pindah ke Desa Sala tahun 1745.[zbr]