Candi Borobudur sendiri kembali ditemukan pada tahun 1814 ketika Sir Thomas Stamford Raffles, Gubernur Jenderal Inggris yang menjadi wali negara Indonesia mengadakan kegiatan di Semarang. Saat itu, Raffles mendapatkan informasi bahwa di daerah Kedu telah ditemukan susunan batu bergambar, kemudian dia mengutus Cornelius seorang Belanda untuk membersihkannya.
Sebagaimana dalam laman tersebut dijelaskan, untuk pemugaran Candi Borobudur dilakukan selama dua kali. Pertama dilakukan pemerintah Hindia Belanda di bawah pimpinan Van Erp dan yang kedua dilakukan oleh pemerintah Indonesia.
Baca Juga:
Jokowi Ajak Keluarga Malam Mingguan di Malioboro
Di mana untuk pemugaran pertama pada tahun 1907-1911, sepenuhnya dibiayai oleh pemerintah Hindia Belanda. Sasaran pemugaran lebih banyak ditujukan pada bagian puncak candi yaitu tiga teras bundar dan stupa pusatnya. Sedangkan pemugaran kedua dilakukan tahun 1973-1983.
Borobudur Dibom Usai Dipugar
Selang dua tahun setelah pemugaran, tepatnya pada 21 Januari 1985 terjadi insiden pengeboman. Pengeboman tersebut mengenai stupa yang berada di candi ini.
Baca Juga:
Viral Petir Sambar Candi Borobudur, Begini Faktanya
"Dibom itu tahun 1985, kalau tanggal saya nggak begitu (pasti) tahunnya 1985. Sembilan (stupa rusak) dari 11 (stupa) karena ada yang belum meledak. Itu teman-teman tidak menyangka ada perbuatan semacam itu. Setelah ada meledak, ya dilakukan kembali penyambungan batu-batu yang pecah disambung kembali, kemudian dipasang kembali," kata Kepala Balai Konservasi Borobudur (BKB) Wiwit Kasiyadi saat ditemui di Candi Borobudur, Jumat (8/10).
Serangan dari teroris itu terjadi pada 1985. Tentu saja, saat itu penjagaan keamanan belum seketat saat ini.
"(skrining belum) Tahun 1985 baru selesai dipugar, jadi tampaknya TWC juga belum ada karena TWC kan adanya 1991. Iya dua tahun setelah pemugaran (dibom)," tuturnya.