“Ini hanya semacam pemantik saja dan para seniman serta budayawan bisa terinspirasi sehingga akan muncul tarian lainnya,” ujarnya di sela kegiatan.
Sanggar yang tampil pun, tidak serta-merta membuat gerak dan musik sendiri. Tapi, sebelumnya BKB sudah menggelar workshop, baik gerak, lagu, maupun kostum. Sehingga mereka bisa menampilkan tari sesuai dari cerita yang ada.
Baca Juga:
Pj Wali Kota Serang Lepas 237 Atlet Popda XI Banten 2024, Targetkan Juara
Selain itu, BKB memperkenalkan produk Virtual Reality Relief Karmawibhangga. Pada kaki Candi Borobudur terdapat 160 panel relief yang tertutup undak dan selasar. Untuk melihat virtual reality tersebut bisa menggunakan kacamata 3D ataupun melalui pemindaian kode QR.
Dia berharap, kegiatan ini akan menjadi bagian dari menyongsong Destinasi Pariwisata Super Prioritas (DPSP) di Borobudur. Sehingga nantinya akan menjadi pentas yang berkelanjutan. Dengan catatan, harus berkoordinasi dengan stakeholder terkait.
Kabid Pemasaran Pariwisata Disporapar Provinsi Jawa Tengah Setyo Irawan mengapresiasi kegiatan untuk melestarikan relief Candi Borobudur ini. Menurutnya, banyak hal strategis dalam acara ini yang dapat diperoleh. Termasuk edukasi dan pelestarian budaya.
Baca Juga:
Panitia Hiburan Rakyat Pantai Batu Kumbang: 8.000 Pengunjung saat Libur Lebaran
Kegiatan untuk meningkatkan sektor pariwisata yang ada di Borobudur ini tentunya sejalan dengan arahan dari Presiden. Yang mana diminta untuk menggenjot sektor pariwisata.
“Tahun depan ditarget dua kali lipat kunjungan. Sedangkan kunjungan wisatawan nusantara yang semula 700 juta orang, tahun depan 1,4 miliar,” bebernya.
Sementara itu, Kepala Bidang Pemasaran dan Ekonomi Kreatif Disparpora Kabupaten Magelang Edi Suharto mengatakan, apabila dicermati, masing-masing sanggar memiliki karya yang berbeda dari tarian selama ini. Lantaran karakteristik khusus yang dibawa dari cerita relief Candi Borobudur.