"Mata air ini dari dulu digunakan oleh para leluhur untuk melaksanakan hal yang sama, karena mata air ini dianggap Sungai Gangga di Pulau Jawa. Kami meneruskan dari para leluhur yang ada di sini," katanya.
Suwarti menuturkan setelah dari Tuk Mas, air dibawa ke Pura Wira Buana Magelang.
Baca Juga:
Kementan Dorong Optimasi Ratusan Hektar Lahan Baru di Sumsel
Sampai di pura ada upacara "medak tirta" atau menyambut air, kemudian air dalam beberapa jerigen dan galon tersebut didudukkan di padmasari sekitar satu jam, kemudian digunakan untuk persembahyangan.
Setelah "mendak tirta" dilaksanakan upacara Tawur Agung Kesanga atau Mecaru di halaman depan Pura Wira Buana . Upacara ini dimaksudkan untuk kembali melestarikan buana agung dan buana alit.
"Alam semesta ini dijaga, dilestarikan sehingga nanti ada kesinambungan antara manusia dengan alam, itu maksud dan tujuan upacara Mecaru," katanya.
Baca Juga:
Olokan ke Tukang Es Teh Viral, Presiden Prabowo Tegur Gus Miftah
Setelah Mecaru, dilakukan putar ogoh-ogoh di halaman parkir Pura Wira Buana. Putar ogoh-ogoh untuk menetralisir segala bentuk gangguan terhadap umat manusia dalam pelaksanaan catur brata penyepian.
Usai putar ogoh-ogoh dilanjutkan persembahyangan bersama Hari Raya Nyepi untuk memohon kepada Sang Yang Widi agar saat melaksanakan catur brata penyepian mendapatkan berkah keselamatan.
Ketua Pengurus Pura Wira Buana Magelang Jro Mangku Wayan Kadek mengatakan pada Kamis (3/3), mulai pukul 06.00 WIB sampai dengan Jumat (4/3), pukul 06.00 WIB seluruh umat Hindu di Magelang melaksanakan catur brata penyepian di rumah masing-masing atau di Pura Wira Buana.