Catur brata penyepian terdiri atas empat hal, yakni "amati geni" atau tidak menyalakan api, "amati lelungan" atau tidak bepergian, "amati lelanguan" atau tidak bersenang-senang, dan "amati karya" atau tidak bekerja.
Ia menuturkan karena masih pandemi Covid-19 dalam rangkaian Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944/Tahun 2022 dilaksanakan dengan protokol kesehatan ketat.
Baca Juga:
Damkar Bogor Selamatkan Kucing yang Terjebak 5 Hari di Plafon
"Setiap umat yang datang ke pura harus mengenakan masker, cuci tangan, diukur suhu tubuh, dan menjaga jarak," katanya.
Prasasti Tuk Mas berada dalam satu kompleks dengan Sumber Mata Air Tuk Mas di Dusun Dakawu, Desa Lebak, Kecamatan Grabak, Kabupaten Magelang.
Berdasarkan penjelasan Balai Perlindungan Cagar Budaya Jawa Tengah dalam papan di sekitar prasasti menyebutkan bahwa Prasasti Tuk Mas atau disebut pula dengan nama Prasasti Dakawu ini berbentuk sajak.
Baca Juga:
Okupansi Capai 45 Persen, 441.675 Tiket Kereta Api Lebaran Terjual
Prasasti yang dipahat di batu besar dengan aksara Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta itu berbunyi "(itant) usucyamburuhanujata, Kwacicchilawalukanirgateyam, Kwacitprakirnna subhasitatoya, Samprasrata m(edhya) kariwa gangga".
Terjemahan sajak yang terdiri atas empat baris tersebut, "Bermula dari teratai yang gemerlapan, dari sini memancarlah sumber air yang menyucikan, air memancar keluar dari sela-sela batu dan pasir, di tempat lain memancar pula air sejuk dan keramat seperti (Sungai) Gangga".
Di samping tulisan, prasasti memuat gambar roda (cakra), teratai (padma), nyala api, denah bangunan dan gambar yang masih sulit untuk diidentifikasi. Gambar yang dapat diidentifikasi merujuk pada laksana (tanda khusus) yang digunakan para pemuka agama Siva (penganut Hindu).