Diceritakan oleh Galuh, dulunya, dirinya sangat tertutup dengan lingkungan sosial. Sangat sulit bagi dirinya untuk memulai pembicaraan dengan orang-orang baru, bahkan bertukar sapa sekalipun. Namun dengan lagu-lagu BTS dan bertemu dengan anggota ArmySemarang, Galuh berhasil membawa dirinya untuk berinteraksi di luar rumah.
“Dulu saya tidak suka ketemu orang. Tapi melihat saya ada kemajuan bersosial, jadi di-support untuk bergabung ke ArmySemarang. Lebih mencintai diri sendiri juga,” tutur Galuh.
Baca Juga:
Jin BTS Umumkan Siap Debut Solo
Bagi sebagian orang, imbuh Galuh, mungkin tidak akan nyambung jika mendengar cerita dari Kpopers, bahkan Army seperti dirinya.
Tidak sedikit dari anggota ArmySemarang yang mendapat stigma negatif lantaran dianggap menghabiskan waktu, menghamburkan uang, bahkan dianggap terlalu fanatik. Adanya stigma negatif tersebut, Galuh menganggap tidak perlu diambil hati.
“Mereka bilang begitu karena tidak merasakan apa yang kita rasakan. Yang penting dengan itu, kita bisa senang dan merasa lebih aman,” ucap Galuh.
Baca Juga:
Ini Hal yang Terjadi dalam Konser J-Hope BTS di Lollapalooza 2022
Terapi melalui musik Tidak bisa dipungkiri, kesehatan mental dengan musik memiliki keterkaitan yang relevan bagi kehidupan. Psikolog Rumah Sakit Elisabeth Semarang, Probowatie, menuturkan, musik bisa menjadi salah satu bentuk relaksasi dalam terapi emosi. Terlebih dalam menyelesaikan masalah keputusasaan.
“Masalah hopeless itu permainan rasa kita. Tiap orang bisa mempersepsikan sesuatu sesuai dengan pengalaman kita. Karena dengan irama dan debit lagu itu, mereka jadi happy dan cocok dengan lagu itu,” ucap Probowatie, Senin (27/6/2022).
Probowatie juga menuturkan, tiap individu perlu bagi membedakan antara hiburan dan relaksasi (healing). Jika dengan mendengarkan musik namun belum merasa senang, maka itu hanya hiburan. Sedangkan jika menyebabkan relaks, maka itulah healing sebenarnya.