Jateng.WahanaNews.co, Semarang - PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah (Bank Jateng) menggelar Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Tahunan tahun buku 2023 dan disampaikan adanya pembagian dividen sebesar Rp1,09 triliun kepada pemegang saham.
Plt Direktur Utama Bank Jateng Irianto Harko Saputro menjelaskan jumlah tersebut merupakan 60,30 persen laba bersih mereka di tahun 2023.
Baca Juga:
Bank Jateng Raih Penghargaan Most Efficient Bank Kategori BPD Jawa-Bali di BIFA 2024
"Total dividen yang dibagi sebesar Rp1,09 triliun atau sebesar 69,30 persen dari total laba bersih yang mencapai Rp1,58 triliun," kata Irianto.
Dalam kesempatan tersebut Pj Gubernur Jawa Tengah Nana Sudjana menyampaikan rasa syukur atas peningkatan kinerja Bank Jateng.
"Kami selalu melakukan evaluasi dan dari tahun ke tahun, ini menunjukkan peningkatan baik itu dari masalah SDM maupun dividen," kata Nana usai acara RUPS di Hotel Padma Semarang pada Senin (29/1/2024).
Baca Juga:
Soal Sugeng IPW Laporkan Ganjar ke KPK, Ini Respons Mahfud MD
Bank Jateng juga mencatatkan laba usaha terbesar kedua dari 27 BPD se-Indonesia. Dia berharap profesionalitas dan kualitas Bank Jateng dalam memberi pelayanan akan terus meningkat.
"Kita menempati urutan kedua Bank BPD terbaik di Indonesia ini tentunya suatu kebanggaan bagi kami dan Jawa Tengah dan ke depan akan terus meningkatkan profesionalitas dan kualitas dari Bank Jateng ini," jelasnya.
Irianto Harko Saputro juga menyampaikan bahwa Bank Jateng berada di posisi kedua peringkat laba usaha tertinggi di bawah BJB.
"Kinerja keuangan Bank Jateng tahun 2023 tetap terjaga tumbuh solid di tengah pelambatan ekonomi," katanya.
Tahun 2023 tercatat aset Bank Jateng meningkat menjadi sebesar Rp88,42 triliun, dari tahun sebelumnya Rp84,49 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) juga meningkat, dari tahun 2022 lalu yang sebesar Rp66,84 triliun menjadi Rp68,11 triliun pada 2023.
Tak hanya itu, kredit Bank Jateng juga mengalami peningkatan. Pada 2023 kredit naik menjadi Rp61,56 triliun, dari sebelumnya Rp57,26 triliun. Sedangkan Laba usaha, mengalami penurunan menjadi Rp2,07 triliun dari tahun sebelumnya mencapai Rp2,43 triliun.
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]