Diakuinya, target pendapatan pada 2024 sebesar Rp37 miliar hanya tercapai Rp34 miliar, karena dipengaruhi oleh beberapa hal, seperti musim hujan menyebabkan banjir di beberapa ruas jalan.
"Terus, yang kedua itu perbaikan jalan. Ini juga nuwunsewu agak mengganggu. Kemudian, tarif sendiri. Karena ada perbedaan dua pedoman yang sangat berpengaruh ke pendapatan," katanya.
Baca Juga:
Tahun 2025 Polri Minta Tambahan Anggaran Rp60,64 Triliun
Haris mengatakan bahwa aset armada BLU Trans Semarang terbagi dua, yakni bus milik pemerintah dan bus milik konsorsium.
Pada tahun lalu, kata dia, pihaknya memakai dua acuan tarif, yakni untuk bus pemerintah mendasarkan pada peraturan daerah, sedangkan untuk konsorsium memakai kajian.
"Yang mana tarif di perda itu setengahnya dari tarif konsorsium. Dan harapannya di tahun ini untuk 2025 kami sedang usulkan agar tarif perda disesuaikan dengan tarif kajian," katanya.
Baca Juga:
RS Bebas Tetapkan Tarif Vaksin Covid-19 Berbayar, Kemenkes Belum Tentukan HET
[Redaktur: Sutrisno Simorangkir]