"Dari 1987 sampai sekarang kok pengawalan pejabat semakin menjadi-jadi. Bahkan membunyikan sirine sekeras itu," tutur pria asal Kecamatan Argorejo Salatiga, yang sudah menjadi pengayuh becak di Kota Semarang puluhan tahun silam itu.
Entah merasa terganggu atau tidak, dengan aksi pengawasan tersebut, namun Haryono menanggapi dengan berkomentar sedikit pedas.
Baca Juga:
Investor Senior Lo Kheng Hong Ungkap Alasan Pilih Saham, Bukan Tabungan, Obligasi, atau Emas
"Harusnya yang dikawal itu saya, penjual kopi yang pakai sepeda atau tukang ojek, motor, mobil, gaji pengawal sampai BBM nya kan pakai uang rakyat. Apa pantas pejabat yang menjadi pegawai dan pelayan rakyat dikawal seperti itu, katanya bosnya rakyat, masak iya pegawainya rakyat seperti itu tingkahnya di jalan," ujarnya.
Sebelum melanjutkan perjalanan dengan becaknya yang dipenuhi barang bekas, Haryono berujar mungkin pegawai rakyat tersebut malu.
"Paling mereka malu karena terlambat ngantor, la kan bosnya masyarakat dan ada di sekitar jalan ini, jadi butuh dikawal," katanya sembari melanjutkan perjalanannya. [rda]