WahanaNews-Solo | Tahukah Anda ternyata Pasar Gede Hardjonagoro yang ada di Kota Solo, Jawa Tengah, merupakan pasar berlantai dua pertama di Indonesia.
Informasi yang diperoleh dari unggahan pengelola akun Facebook Solo Zaman Dulu, Pasar Gede telah ada sejak Kota Solo berdiri, yakni 1745 di era Paku Buwono II.
Baca Juga:
Gibran Siap Jadi Penengah Konflik Keluarga Keraton Solo
Namun, pada 1927, Pasar Gede mengalami renovasi besar-besaran hingga menghabiskan dana sebesar 300.000 Gulden atau kini setara dengan Rp2,47 miliar.
“Pada tahun 1927, pada masa PB X, Pasar Gede Hardjonagoro Solo direnovasi dengan biaya yang tidak sedikit, yaitu sekitar 300 ribu gulden, sehingga pasar ini menjadi pasar pertama yang berlantai dua di Indonesia,” terang dia.
Meski sudah ada sejak 1745, Pasar Gede baru diresmikan pada 12 Januari 1930 setelah renovasi selesai. Kala itu, pasar ini direnovasi oleh arsitek Belanda bernama Ir Herman Thomas Kartsen.
Baca Juga:
Wisata Museum Keraton Solo Ditutup Sementara Imbas Kericuhan
Berdasarkan artikel sejarah yang ditayangkan di situs resmi Kemendikbud, nama Pasar Gede sendiri merujuk pada bangunan yang berbentuk besar menyerupai benteng di pintu masuk utama berbentuk singgasana besar dan atap yang lebar.
Sedangkan nama Hardjonagoro yang digunakan sebagai nama belakang pasar tertua di Solo ini diambil dari nama seorang keturunan China yang mendapat gelar KRT Hardjonegoro dari Keraton Kasunanan Surakarta.
Dikutip dari Pantun Jurnal Ilmiah Seni Budaya 2017 yang diterbitkan Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo, Pasar Gede Solo menjadi simbol harmoni kehidupan sosial budaya yang telah berkembang di Solo pada masa itu.
Hal ini terbukti dengan adanya sebuah klenteng Vihara Avalokitesvara Tien Kok Sie yang berada di dekat Pasar Gede Solo dan masih berdiri kokoh hingga sekarang.
Berdasarkan historinya, Pasar Gede Solo mengalami tiga masa, yakni kerajaan, post kolonial dan masa kemerdekaan.
Sebelum diresmikan pada 1930, pada masa kolonial Belanda, Pasar Gede dianggap sebagai mediator perdagangan masyarakat China dan Belanda serta pribumi.
Selain itu, pada masa tersebut Pasar Gede juga dikenal sebagai Pasar Priyayi. Pasalnya, dagangan yang dijual di pasar ini terkenal dengan kualitas yang bagus jika dibandingkan dengan pasar-pasar lainnya.[zbr]