Berdasarkan catatan Kompas.com, mobil dinas Gibran pertama ditinggal di Kelurahan Gajahan, Kecamatan Pasar Kliwon karena dugaan pelanggaran pungutan liar yang menyeret nama Lurah Gajahan.
Kedua di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Cemoro Kembar Kelurahan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon karena dugaan kasus perusakan makam oleh anak-anak siswa rumah belajar di Mojo.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
Ketiga di depan SMK Batik 2 Solo Kelurahan Pajang, Kecamatan Laweyan karena sekolah diduga akan menggelar pembelajaran tatap muka (PTM) pada saat Solo menerapkan PPKM Level 4.
Kemudian yang terakhir mobil dinas Gibran ditinggalkan di halaman SDN Nusukan Barat 113 Solo diduga ada siswa dan guru yang tidak menerapkan prorokol kesehatan Covid-19.
"Ini kan kehadiran di tempat yang bermasalah. Itu pindah-pindah kan? Itu adalah bentuk inovasi kehadiran pemimpin dalam menggunakan simbol mobil dinasnya," ungkap dia.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Sorotan lainnya adalah Gibran sangat masif dalam memanfaatkan media sosial sebagai komunikasi publik.
Bahkan, Gibran sampai memiliki tim khusus untuk menyampaikan pesan-pesannya lewat media sosial kepada masyarakat luas.
"Memang ada tim yang solid dalam menentukan mereka melakukan pengamatan, apa yang sedang tranding topik, merumuskan, bagaimana respon pemerintah kepada publik kemudian merumuskannya mau dijawab dalam bentuk posting, video, dan grafik. Dari sisi itu sangat bagus dan rapi," terang dia.