WahanaNews-Solo | Tradisi pembagian Bubur Samin Banjar di Masjid Darussalam Solo selama bulan Ramadan sudah dilakukan sekitar tahun 1890-an.
"Bubur Samin Banjar ini tidak lepas para perantau dari Banjar, Martapura ke Solo. Mereka datang kesini sekitar tahun 1890-an," kata Ketua Takmir Masjid Darussalam Rosyidi Muhdhor, kepada TribunSolo.com, Minggu (3/4/2022).
Baca Juga:
Menko PMK Resmikan Babak Baru Pesantren: Struktur Ditjen dan Program Prioritas Disiapkan
Hal ini dibenarkan juga oleh Ketua Jayengan Kampung Permata, Yusuf Akhmad Al Khatiri. Yusuf mengingat banyak orang Banjar dahulu diundang oleh Keraton Solo.
Mereka diundang karena Raja Keraton Solo membutuhkan perhiasan saat mengadakan acara. Saat itu perhiasan paling maju disebutnya memang ada di Martapura.
"Maka Raja mengundang pemuda Martapura (Banjar) ya mungkin entah lima atau sepuluh. Mereka bermukim di sini untuk mengerjakan perhiasan itu dan butuh waktu sampai tiga bulan untuk mengerjakan itu," kata Yusuf.
Baca Juga:
UNRWA Krisis Pendanaan, Ratusan Ribu Anak Palestina Terancam Kehilangan Layanan
"Jadi mereka nggak sempat pulang. Kemudian dapat jodoh orang sini, laki-lakinya orang Banjar, istrinya Jawa. Kemudian ada istilah Jarwono, Banjar Jowo Cino," tambahnya.
Rosyidi kembali menceritakan bahwa para perantau dari Banjar ini kerap mengadakan buka bersama. Saat itu menu berbeda-beda disiapkan.
Sampai suatu ketika ada pembicaraan untuk membagikan menu tersebut. Dan menu Bubur Samin Banjar menjadi yang terpilih.