"Soal air tempias, ini karena bangunan gedung hijau, artinya air udara harus dimanfaatkan semaksimal mungkin, air hemat, masalah sampah, udara energi harus diperhatikan," tuturnya.
Dia juga menyampaikan keluhan pedagang tersebut lumrah mengingat konsep gedung Pasar Legi berbeda dari bangunan sebelumnya. Maka dari itu, butuh waktu bagi pedagang untuk beradaptasi dengan kondisi pasar yang dibangun dengan anggaran Rp 104 miliar itu.
Baca Juga:
Gelar Naker Expo, Kemnaker Sediakan Puluhan Ribu Lowongan Pekerjaan di Tiga Kota
"Memang pertama kali orang yang menggunakan gedung hijau komplainnya agak banyak. Perilakunya semaunya sendiri, seenaknya sendiri, tapi kita harus membiasakan, saya coba cari solusi agar angin tetap masuk tapi airnya tidak lampias," urainya.
Catatan lainnya yakni lokasi bongkar muat barang dagangan. Diana menyampaikan, kendaraan berat pengangkut seharusnya tidak diperbolehkan masuk sampai ke pelataran pasar.
"Harus membiasakan, bus juga masuk sini. Ini tidak boleh harusnya di jalan luar saja, truk juga harus di luar kemudian barang dioper mobil yang kecil. Ini pavingnya tidak kuat, ada keterbatasan desainnya," pungkasnya.
Baca Juga:
Sudinkes Jakarta Barat Ingatkan Rumah Sakit Terus Terapkan Pelayanan Berbasis Hospitality
Di kesempatan yang sama, Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka memaklumi banyaknya keluhan dari pedagang. Mengingat para pedagang baru beberapa hari menempati pasar tersebut.
"Kene wes biasa diunek-uneke (saya sudah terbiasa dimarah-marahi), kan sudah disepakati lokasinya di mana, kiosnya di mana, ini tadi gunanya kita masuk ke dalam keluhannya itu, exhaust fan berisik, masalah tempias, kita perbaiki, dipasang biar lebih kedap suara," tuturnya.
Orang nomor satu di Kota Solo itu meyakinkan jika nantinya semua pedagang pindah ke pasar maka geliat ekonomi akan semakin baik.