Sebab, banyak buzzer cenderung sekadar menyampaikan olok-olok atau fitnah yang bertujuan untuk membunuh karakter seseorang.
"(Kehadiran buzzer apakah positif bagi demokrasi?) Ya pasti tidak. Lebih banyak dia itu tidak berargumentasi, hantam kromo saja, mau fitnah, hantam pribadi, padahal bukan soalnya," ujar JK dalam tayangan Kompas TV bertajuk “Ketika Jokowi Minta Dikritik”, Rabu (17/2/2021).
Baca Juga:
Aksi AKP Dadang Guncang Solok Selatan, Hujani Rumah Dinas Kapolres dengan Tembakan
JK berpendapat, bila para buzzer menyampaikan argumentasi yang baik, tentu hasilnya akan baik bagi demokrasi.
Namun, yang terjadi, para buzzer justru asal membuat gaduh dan riuh ruang-ruang publik.
"Kalau berargumentasi dia (buzzer) dengan baik, bagus. Sekarang masalahnya asal berbeda, asal bikin riuh, tanpa argumentasi, kadang-kadang begitu," ujar JK.
Baca Juga:
OTT KPK Bengkulu, Calon Gubernur Petahana Dibawa dengan 3 Mobil
JK menjelaskan, aksi para buzzer membunuh karakter seseorang menggunakan fitnah atau bully yang dilontarkan melalui media sosial membuat banyak orang jadi takut untuk menyampaikan kritik kepada pemerintah.
"Belum apa-apa sudah di-bully oleh buzzer. Dimaki-maki segala macam lah. Kalau sama-sama mengkritik dan alasannya apa, itu tidak apa. Tapi ini (buzzer) tanpa alasan, langsung saja dimaki-maki seperti itu," tutur JK.
Kendati demikian, ada juga yang takut menyampaikan kritik karena takut di penjara.