"Hanya saya belum tahu (data) ini dari pusat atau cabang PLN. Namun, informasi seperti itu kemungkinan di simpan di server pusat," lanjut dia.
Dugaan itu berasal dari analisis Afif terhadap sampel data yang diduga milik pelanggan PLN. Sementara itu, Chairman lembaga riset siber CISSReC (Communication & Information System Security Research Center), Pratama Persadha masih menyangsikan keabsahan klaim 17 juta data pelanggan yang berhasil dibobol.
Baca Juga:
Urgensi Krisis Iklim, ALPERKLINAS Apresiasi Keseriusan Pemerintah Wujudkan Transisi Energi Bersih
"Jika diperiksa, sample data yang diberikan tersebut hanya memuat 10 pelanggan PLN. Sebenarnya 10 sampel data pelanggan PLN dari total 17 juta data yang diklaim tersebut belum bisa membuktikan datanya bocor" kata Pratama.
Pratama mengatakan, kasus dugaan kebocoran data ini berbeda dengan kebocoran data BPJS atau lembaga besar lain sebelumnya.
Menurutnya, biasanya data dari lembaga tersebut, cukup banyak yang dibagikan, mulai dari ribuan hingga jutaan, bukan hanya 10 data pelanggan seperti dugaan kebocoran data PLN.
Baca Juga:
Di COP29, PLN Perluas Kolaborasi Pendanaan Wujudkan Target 75 GW Pembangkit EBT 2030
"Saat ini kita perlu menunggu si peretas memberikan sampel data yang lebih banyak lagi, sambil PLN melakukan digital forensic dan membuat pernyataan (lanjutan)," imbuhnya.[gab]