"Terus keuntungannya kalau toh ada misalnya, ya segitu-gitu saja. Artinya persentase terhadap margin semakin mengecil," katanya.
Lebih lanjut, pria yang akrab disapa Maman itu mengatakan saat sekarang hampir semua stok cadangan beras pemerintah berasal dari luar negeri karena pasokan dari dalam negeri terhambat.
Baca Juga:
KPU Cilacap Mulai Sortir Bilik dan Kotak Suara untuk Pilkada 2024
Menurut dia, ada dua hal yang dapat menekan atau menurunkan harga beras di pasaran, yakni kecepatan impor berasnya signifikan atau tidak signifikan.
Selain itu, kata dia, luasan cakupan panennya signifikan atau tidak signifikan untuk memenuhi kebutuhan pasar.
"Kalau kecepatan impor beras maupun luas panennya tidak signifikan, mungkin bisa menurunkan harga tetapi tidak banyak," katanya.
Baca Juga:
BMKG Imbau Masyarakat Waspadai Potensi Angin Puting Beliung Selama Masa Pancaroba
Kendati demikian, dia mengakui salah satu upaya yang dapat dilakukan pemerintah untuk menekan harga beras di pasaran adalah melalui impor karena panen yang berlangsung di sejumlah daerah dalam beberapa daerah belum mampu memenuhi kebutuhan pasar.
Dalam hal ini, dia mencontohkan panen padi di beberapa wilayah Kabupaten Cilacap pada periode Desember-Januari belum bisa terserap oleh Bulog karena selain harganya masih tinggi, juga langsung dijual ke pasar umum.
"Memang harus impor karena selain telah mengantongi izin impor sebanyak 2 juta ton beras, 600 ribu ton yang baru masuk itu merupakan sisa impor tahun 2023 yang direalisasikan pada tahun 2024. Tinggal yang 2 juta ton ini bisa apa enggak kecepatannya signifikan dengan kebutuhan pasar dalam negeri," katanya.