Adegan tari menceritakan kelahiran Parikesit yang terancam hidupnya oleh Aswatama dan Kartamarma. Namun, kudeta Aswatama dan Kartamarma dapat dihentikan berkat kesigapan para kerabat.
Filosofi dari adegan ini adalah kebaikan dan kejahatan akan selalu hidup berdampingan, walaupun kejahatan akan musnah oleh kebaikan.
Baca Juga:
Sumber-Sumber Otoritarianisme dalam Budaya Politik Indonesia
Depan Rumah Dinas Wali Kota Solo Loji Gandrung
Adegan tari Solo Menari 2022 di tempat ini menceritakan kesiapan para kesatria Hastinapura yang telah bersatu tekad untuk menjunjung kedaulatan dan keutuhan Kerajaan Hastina dari pengaruh yang bersifat ingin memecah belah dengan politik adu domba.
Filosofinya musuh tidak hanya datang dari luar, namun bisa datang dari keluarga atau orang terdekat kita.
Baca Juga:
Polresta Solo Larang Nyalakan Petasan dan Konvoi saat Malam Tahun Baru
Area Pasar Antik Ngarsopuro
Keinginan Kertiwindu membunuh Parikesit ditampilkan dalam tarian di lokasi ini. Keinginan yang belum terlaksana itu menjadikan Kertiwindu semakin murka, hingga ia menghasut Raja Sawarka untuk memusuhi Kerajaan Hastinapura.
Filosofinya, sakit hati dan kekecewaan mendalam dapat mengakibatkan kita bertindak gelap mata.