Warga setempat, Ranito (50) mengatakan, limbah tahu warga sebelumnya dibuang ke sungai hingga menyebabkan bau yang tidak sedap.
Dampaknya, banyak warga dari desa sekitar yang merasa jengkel.
Baca Juga:
Krisis Sampah Plastik di Teluk Ambon, DPRD Minta Pemkot Bertindak Cepat
Tetapi setelah limbahnya diubah menjadi biogas, baunya hilang dan gas yang dihasilkan bisa untuk memasak.
"Saya sejak 2008 belum pernah beli tabung gas elpiji," katanya, Selasa (13/8/2024).
"Untuk warga hemat juga, sebulan hanya membayar Rp15 ribu," imbuh Ranito.
Baca Juga:
Pemerintah Ancam Gugat Perusahaan Penyumbang Utama Sampah Plastik
Perajin tahu, Rumiyati (45) mengatakan, Dukuh Pesalakan menjadi sentral produksi tahu sudah turun temurun, dia pun melanjutkan usaha milik orang tua.
Dalam sehari, ia bisa memasak 10 kali hingga 60 kilogram kedelai.
Menurutnya, keberadaan limbah tahu mengganggu lingkungan karena baunya sangat menyengat.