Selain soal kekhawatiran tersebut, penolakan warga juga dilandasi karena adanya ikatan sosial yang terjalin antar warga. Zaenal menjelaskan, jika ada salah satu warga yang mengalami gangguan aliran listrik, warga secara bergotong-royong akan segera membereskan hal tersebut.
Hal ini tak bisa dilakukan jika listrik mereka disuplai oleh PLN yang akan mengirim teknisi apabila terjadi masalah listrik di rumah warga. Adapun kerusakan-kerusakan yang kerap ditemui di rumah warga yakni Miniature Circuit Breaker (MCB) dan kabel jaringan yang meleleh akibat tersambar petir. MCB adalah perangkat yang berfungsi sebagai pemutus arus listrik jika terjadi arus berlebih atau hubungan pendek.
Baca Juga:
Baby Jill, Sosok Miliarder Muda dengan Kerajaan Bisnis Fenomenal di Asia Timur
Kerja gotong royong antar warga juga dilakukan saat adanya perbaikan rutin di turbin dan generator PLTMH. Dari uang hasil iuran saban bulan dilakukan pembaharuan suku cadang berupa fan belt dan kabel jaringan.
"Jika fan belt-nya sudah tipis dan ada jaringan kabel yang putus. Pokoknya uiran dari warga dikembalikan untuk warga sendiri," kata Zaenal.
Baca Juga:
Posisi Kosumen Tak Aman, FOMCA Dorong Pengetatan Regulasi Sektor Keuangan
Menghidupkan Usaha Warga
Selain Zaenal, ada Narto yang juga menjadi pelanggan tetap listrik PLTHM. Selain menjadi bagian dari petugas operator harian PLTHM Desa Telaga Pucung, warga dari Dusun Kalipondok ini merupakan seorang pemilik warung yang juga menyewakan jasa akses internet. Lokasi warungnya terletak di dekat lokasi wisata Telaga Pucung.
Narto menceritakan, warung miliknya mulai berkembang sejak dirinya memperoleh akses listrik dari PLTHM. Selain bisa menghidupi fasilitas pendukung warung seperti freezer, penerangan lampu LED, televisi, dan penanak nasi, Natro juga mendapat peluang untuk membuka jasa layakan akses internet di warungnya.