"Kalau wifi misalkan pas di warung. Ngopi plus wifi, Rp 5000 lah. Dulu istri hanya ikut saya bertani, sekarang aktif kelola warung. Jelas ada peningkatan ekonomi," kata Natro di saat ditemui di Pos PLTHM Dusun Telaga Pucung.
Pria yang saat itu mengenakan baju lurik yang populer dikenakan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga itu menambahkan, kehadiran listrik PLTHM juga mempermudah aktivitas rumah tangga, khususnya saat musim sekolah daring yang dijalani oleh dua orang anaknya. "Pelajaran daring itu perlu jaringan wifi dan (smartphone) telepon pintar. Syukur bisa mencukupi," ujarnya
Baca Juga:
Soroti Kasus Agus NTB, Hotman Paris: Disabilitas Bukan Jaminan Bebas dari Tuduhan
Karena menjalani usaha warung yang membutuhkan banyak suplai listrik, iuran bulanan yang harus dibayarkan oleh Narto lebih besar ketimbang iuran rata-rata warga. Dalam sebulan, Narto wajib membayar iuran senilai Rp 70.000.
Senasib dengan mayoritas warga lainnya, sebelum memperoleh listrik dari PLTHM, Narto juga membangun kincir air sebagai sumber pasokan listrik harian. Saat masih menggunakan kincir air, penerangan di rumahnya masih menggunakan bohlan kuning 2 watt.
Adapun daya listrik yang dihasilkan dari duet kincir air dan dinamo miliknya hanya 60 watt. "Sekarang sudah pakai LED. Daya listrik juga mencukupi," ujar Narto.
Baca Juga:
Tips Tetap Bugar dan Produktif di Musim Hujan
Di lokasi yang sama, Kepala Dinas ESDM Jateng, Sujarwanto Dwiatmoko mengatakan bahwa Pemprov Jateng sedang memasifkan pemanfaatan energi terbarukan di masyarakat pedesaan. Dia menambahkan, upaya ini merupakan salah satu langkah untuk menekan emisi karbon di Jateng.
Guna mendongkrak penggunaan energi terbarukan di wilayahnya, pihak Dinas ESDM Jeteng mengusulkan anggaran senilai Rp 11 miliar untuk pengembangan energi baru dan terbarukan pada usulan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) 2023.
"Kok kecil ya? Tapi kalau dilihat dari APBD kami yang total membangun itu sekira Rp 65 miliar, itu cukup besar," ujar Sujarwanto.